Selasa 28 Nov 2017 07:03 WIB

Lahar Dingin dan Lava Pijar Ancam Warga Sekitar Gunung Agung

Rep: Rahayu Subekti, Mutia Ramadhani/ Red: Elba Damhuri
Warga mengungsi GOR Swecapura, Klungkung, Bali, Senin (27/11). Warga yang tinggal di kawasan rawan bencana erupsi Gunung Agung kembali mengungsi. Mereka mengungsi ke sejumlah titik penampungan menyusul peningkatan status Gunung Agung dari level siaga ke awas.
Foto: Wihdan Hidayat/Republika
Warga mengungsi GOR Swecapura, Klungkung, Bali, Senin (27/11). Warga yang tinggal di kawasan rawan bencana erupsi Gunung Agung kembali mengungsi. Mereka mengungsi ke sejumlah titik penampungan menyusul peningkatan status Gunung Agung dari level siaga ke awas.

REPUBLIKA.CO.ID,

JAKARTA – Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) di Badan Geologi Kementerian ESDM kembali menaikkan status kebahayaan Gunung Agung dari siaga (level III) ke awas (level IV). Peningkatan status tersebut turut meluaskan area yang berpotensi terdampak bencana.

Pihak Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan saat ini terdapat 22 desa yang terdampak erupsi Gunung Agung di Karangasem, Bali. Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan dari 22 desa tersebut masih banyak masyarakat yang belum mengungsi.

"Jumlah penduduk yang dari 22 desa ini yang harus mengungsi ada 90 ribu sampai 100 ribu jiwa. Tapi yang terdata baru 40 ribu jiwa yang mengungsi," kata Sutopo dalam konferensi pers di Graha BNPB, Jakarta, Senin (27/11). Sutopo mengatakan, dari radius delapan kilometer (km), saat ini zona bahaya meluas hingga 10 km.

Zona itu harus dihindari dan tak boleh sama sekali digunakan beraktivitas warga. Sementara ini, menurut Sutopo, petugas masih terus melakukan penyisiran dan mengimbau masyarakat agar mengungsi.

Sebanyak 22 desa yang terdampak erupsi Gunung Agung, yaitu Ababi, Pidpid, Nawakerti, Datah, Bebandem, Jungutan, Buana Giri, Tulamben, Dukuh, Kubu, Baturinggit, Ban, Sukadana, Menaga, Besakih, Pempatan, Selat, Peringsari, Muncan, Duda Utara, Amertha Bhuana, dan Sebudi.

Sutopo mengatakan pada status terkini, akan ada dua ancaman dari erupsi Gunung Agung. Di antaranya, lahar dingin dan material erupsi lava pijar. "Kemungkinan erupsi makin tinggi semakin besar," kata Sutopo.

Menurut Sutopo, sebagian warga enggan mengungsi karena mengkhawatirkan ternak mereka. Alasan lain, yakni sebagian dari mereka masih merasa berada di wilayah yang terhitung aman.

Berdasarkan data BNPB, saat ini baru sekitar 8.543 ekor ternak yang berhasil diungsikan. "Pada radius zona tidak aman saat ini, yaitu 10 kilometer, target sebanyak 14 ribu ekor ternak yang harus diungsikan dari daerah terdampak," ujar Sutopo.

Sedangkan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bali mencatat, jumlah pengungsi hingga Senin (27/11) pukul 18.00 Wita mencapai 29.023 jiwa. "Mereka tersebar di 217 titik pengungsian," kata Kepala Seksi Tanggap Darurat dan Kegawatdaruratan Pusdalops PB BPBD Bali, I Komang Kusumaedi, kemarin.

Gubernur Bali, Made Mangku Pastika menekankan, warga di 22 desa terdampak wajib mengungsi. “Sedangkan sisanya di 58 desa tetap tenang dan tidak panik karena berada di lokasi aman," kata Pastika saat mengunjungi Posko Tanah Ampo di Rendang, Karangasem, kemarin.

Pengungsi dari Desa Ababi, Kecamatan Abang, Dayu Putri (22 tahun), salah satu yang memilih bertahan di pengungsian Posko Induk Kompyang Sudjana, Denpasar. Dayu mengungsi bersama bayinya, Desiana Putri (10 bulan). Ia mengakui, ternak jadi kekhawatiran para pengungsi. "Suami dan paman sempat pulang ke Ababi untuk menjaga rumah dan ternak. Sekarang semua kembali mengungsi," ujarnya.

Wakil Presiden Jusuf Kalla meminta para pengungsi tak mengkhawatirkan kebutuhan mereka. "Pemerintah daerah dan pemerintah pusat insya Allah menjamin," ujar dia di Istana Wakil Presiden, kemarin. Ia menjanjikan, berapa pun jumlah pengungsi akan tetap dijamin pemerintah.

PT Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan (ASDP) mencatat ribuan orang dari Bali mulai mengungsi ke Lombok melalui Pelabuhan Lembar di Kabupaten Lombok Barat. Humas PT Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan (ASDP) Cabang Lembar Deny Putra mengatakan, gelombang pengungsi dari Bali terjadi sejak Sabtu (25/11).

Dinas Sosial NTB juga mendirikan posko pendataan pengungsi di Pelabuhan Lembar, Senin (27/11). "Pak Gubernur (TGH Muhammad Zainul Majdi) sudah memerintahkan Dinas Sosial menyiapkan dari sekarang kebutuhan pengungsi yang suatu saat masuk, sandang dan pangannya,\" ujar Kepala Dinas Sosial NTB Ahsanul Khalik.

Dinas Sosial NTB telah meninjau sejumlah lokasi guna menampung gelombang pengungsi ke Lombok. Sejauh ini, ASDP dan Pelindo sudah menyatakan kesiapannya menjadikan gudang sebagai tempat pengungsian. \"Untuk transportasi pengungsi dari (Pelabuhan) Lembar ke lokasi pengungsian sudah disiapkan 30 armada bus oleh Dinas Perhubungan,\" kata Ahsanul menambahkan.

(Muhammad Nursyamsi, Pengolah: Fitriyan Zamzami).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement