REPUBLIKA.CO.ID, JEMBER -- Atap tiga ruangan kelas di sekolah dasar negeri (SDN) Gugut 1, Kabupaten Jember, Jawa Timur tiba-tiba ambruk sebelum kegiatan belajar dan mengajar dimulai di sekolah setempat, Jumat (24/11).
"Saat membuka pintu ruang kelas 4, tiba-tiba atap ruang kelasnya ambruk hampir bersamaan dengan atap ruangan kelas 5 dan kelas 6, sehingga saya lari menjauh dari ruang kelas," kata Ngatemo yang merupakan penjaga SDN Gugut 1 di Kecamatan Rambipuji, Kabupaten Jember.
Ia mengatakan ambruknya atap tiga ruangan kelas tersebut tidak diprediksi sebelumnya karena kondisi ruangan baik-baik saja. Ia mengaku tidak tahu penyebab ambruknya atap tersebut hingga menghancurkan semua perlengkapan sekolah di dalam kelas.
"Beruntung saat kejadian ambruknya atap tersebut masih belum ada siswa yang masuk ke dalam ruangan kelas, sehingga tidak ada siswa yang terluka akibat peristiwa tersebut, namun seluruh bangku, meja, dan perlengkapan sekolah di dalam kelas hancur," tuturnya.
Sementara Kepala SDN Gugut 1 Teguh Santoso mengaku tidak tahu kronologis ambruknya atap tiga ruangan kelas di sekolahnya karena mendapat laporan dari penjaga sekolah yang mengetahui peristiwa tersebut.
"Saya terkejut ketika mendapat laporan ambruknya tiga atap ruangan kelas itu karena sebelumnya tidak ada tanda-tanda atap ruang tersebut ambruk seperti retakan atau yang lainnya, bahkan tidak ada hujan deras dan angin kencang selama beberapa hari terakhir ini," tuturnya.
Ia mengatakan atap ruangan kelas itu berbahan baja dan baru direnovasi pada 2009. Pihak sekolah telah melaporkan kejadian tersebut kepada Dinas Pendidikan Jember untuk ditindaklanjuti.
"Untuk hari ini, kami memulangkan siswa kelas 1 dan 2 lebih awal karena ruangan kelas mereka digunakan secara bergantian dengan siswa kelas 4, 5, dan 6. Namun ke depan proses belajar harus tetap berjalan," katanya.
Teguh mengatakan, jumlah siswa di sekolahnya sebanyak 151 siswa, sedangkan jumlah siswa kelas 4,5, dan 6 yang kehilangan ruang kelas untuk belajar sebanyak 75 siswa yang harus bergantian dengan siswa kelas 1 dan 2 untuk menempati ruangan kelas.
"Proses belajar mengajar harus tetap berjalan, sehingga siswa kelas 6 rencananya akan menggunakan perpustakaan untuk kegiatan belajar sementara, sedangkan kelas 4 dan 5 akan bergantian ruang dengan siswa kelas 1 dan kelas 2," ujarnya, menambahkan.
Aparat kepolisian setempat juga memberi garis polisi di tiga ruang kelas yang ambruk tersebut, agar tidak ada siswa dan guru yang berada di sekitar ruang kelas itu karena berbahaya.