Sabtu 09 Sep 2017 16:52 WIB

Menteri Kehakiman Jepang Cicipi Kue Bikinan Penghuni Lapas

Rep: Arif Satrio Nugroho/ Red: Andi Nur Aminah
Menteri Kehakiman Jepang, Yoko Kamikawa mengunjungi Lapas Narkotika Klas IIA dan Rutan Cipinang ditemani Plt Dirjen Pemasyarakatan, Makmun, Sabtu (9/9).
Foto: Arif Satrio Nugroho
Menteri Kehakiman Jepang, Yoko Kamikawa mengunjungi Lapas Narkotika Klas IIA dan Rutan Cipinang ditemani Plt Dirjen Pemasyarakatan, Makmun, Sabtu (9/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemandangan berbeda terlihat di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas IIA Jakarta, Cipinang, Jaktim pada Sabtu (9/9). Tidak seperti biasanya, sejumlah ornamen Jepang dan bendera Jepang tampak terpasang menghiasi tembok lapas. Bendera Jepang dengan gagang kecil juga tampak dipegangi tahanan berseragam pramuka.

Sambutan khusus ini dilakukan dalam rangka menyambut kedatangan Menteri Kehakiman Jepang Yoko Kamikawa. Tepat pukul 13.00 WIB, Kamikawa bersama rombongan mengunjungi Lapas Klas IIA Narkotika Jakarta. Langkah wanita 64 tahun itu tak menggambarkan usianya. Langkahnya cepat menyusuri gedung lapas.

Di sela langkahnya, beberapa kali dia menunduk pada elemen lapas yang menjemputnya, juga kepada para jurnalis. Rombongannya pun tampak mengikuti dengan tergesa-gesa.

Dalam kunjungannya itu, dia ingin melihat proses pengelolaan dan pemberdayaan di Lapas Indonesia. Balai Latihan Kerja Lapas Narkotika Klas IIA Jakarta menjadi targetnya. "Saya mendengar di lapas ini ada banyak kegiatan yang maju dan program penanggulangan kreativitas narapidanana," ujarnya dalam bahasa Jepang, Sabtu (9/9).

Kamikawa pun dibawa berkunjung ke tempat andalan Lapas, yakni tempat produksi roti dan produksi karya seni terapan. Melangkah memasuki ruang produksi roti, aroma mentega khas bakery langsung tercium. Senyum pun merekah dari bibir sang menteri asal Jepang. Rombongan delegasinya tak ketinggalan, mereka tampak berselera melihat berbagai jenis kue yang diproduksi di dalam lapas itu.

Tampak berbagai jenis kue telah dibuat. Mulai dari agar-agar hingga roti tawar, semuanya telah ada. Kue itu juga dibuat berbagai rasa, dan berbagai jenis, baik tradisional maupun modern. Kamikawa pun dipersilakan mencicipi kue yang telah dibuat.

Saat menikmati salah satu kue dengan rasa pandan, senyum kembali tersungging di bibirnya. "Oishi" kata Kamikawa. Rombongan delegasi juga tampak menikmati kue buatan para penghuni lapas itu.

Tempat produksi roti ini merupakan salah satu usaha lapas memberdayakan para penghuninya. Abdul Hakim (25), salah satu penghuni lapas menjelaskan, dia bekerja di tempat produksi itu saban hari kerja, sejak pukul 7.00 WIB hingga pukul 17.00 WIB. Dia telah setahun bekerja di tempat produksi kue itu.

Menurut Abdul yang telah mendekam selama dua tahun di Lapas Narkoba itu, kue di tempat ini diproduksi dengan berbagai jenis. Harganya pun beragam, mulai dari Rp 3.000 hingga Rp 30 ribu. "Tapi di jual untuk lingkungan sini saja," katanya saat berbincang dengan Republika.co.id.

Republika juga sempat mencicipi kue beraroma pandan yang dibuat oleh Abdul. Benar saja, rasanya tak kalah dengan kue-kue buatan //Bakery// di luar sana. Menurut Abdul, sumber bahan kue ini disediakan oleh lapas. Sedangkan dia bersama penghuni lapas lainnya diberi pelatihan dan pemberdayaan, salah satunya dengan kemampuan pengolahan roti.

"Sebelum masuk sini saya pengangguran, di sini alhamdulillah dapat pelatihan, jadi kalau keluar nanti ada ilmu mas," kata terpidana lima tahun pemakai sabu ini.

Lawatan Kamikawa tidak berhenti di tempat produksi roti dan kue saja. Dia pun mengunjungi pembuatan //Handycraft// karya para penghuni lapas. Dia tampak terkagum-kagum melihat berbagai jebis karya seni seperti  patung  kayu Ondel-ondel, figura, tempat tissue, tempat pulpen dan stoples.

Teguh, salah satu penghuni pembuat karya seni menjelaskan, karya seni dibuat dari bahan bekas yang disediakan pengelola Lapas. Dia mengaku mendapat berbagai pelatihan di bidang seni ini lantaran dia memang berminat di bidang itu.

Sedangkan karya seni itu dipasarkan ke luar lapas. Teguh mengaku mendapat sekitar 10 persen dari penjualan karya seni yang dia buat. Namun pria 42 tahun enggan menyebutkan secara rinci berapa yang dia dapatkan.

"300-400 ada lah, tapi uangnya ditabung untuk modal nanti, karena di lapas kan tidak diperbolehkan ada peredaran uang," ujar mantan penjaga kosan yang dipidana karena narkoba itu.

Kamikawa pun melanjutkan kunjungannya ke Rutan Cipinang, di sebelah Lapas Narkotika Cipinang. Di tempat itu, pemandangan serupa, yakni pemberdayaan juga disaksikan wanita asal Shuzuoka Jepang itu.

Kepala Rutan Cipinang, Asep Sunandar mengatakan, hasil pemberdayaan memang dijual di masyarakat luas. Hasilnya di jual di tempat umum maupun secara daring. Namun hasil dari penjualan tersebut menurut dia digunakan kembali untuk pembiayaan pengelolaan dan pemberdayaan di lapas.

"Targetnya pemberdayaan, dijual di bandara banyak sekali peminatnya, di bandara misalnya. Untuk jualannya kita bekerja sama dengan pihak ketiga, dan hasilnya untuk pengelolaan lagi," kata dia.

Penjualan itu dibantu oleh Jeera Foundation. Ketua Jeera Foundation, Gusti Arif, mengatakan, pihaknya membantu dalam hal pemasaran hasil karya para penghuni lapas maupun rutan."Kami bantu kerja sama dengan toko dan kami bantu jual secara //online// juga," katanya.

Menutup kunjungannya ke dua lembaga permasyarakatan di Cipinang, Kamikawa pun berharap dapat memetik berbagai pelajaran maupun peluang kerja sama dengan pemerintah Indonesia. Namun, bidang potensi kerja sama yang dimaksud tidak diungkapkannya secara rinci.

"Terima kasih, luar biasa penghuni penjara di sini enerjik, pandai bermain musik dan membuat karya. Saya pikir saya dapat belajar banyak dan bisa bekerja sama nantinya," ucapnya dalam Bahasa Jepang dan enggan berbahasa Inggris, meski alumni Universitas Harvard. 

Arif Satrio Nugroho

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement