REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Kemanan (Menkopolhukam) Wiranto mengingatkan Indonesia menghadapi ancaman multidimensional. "Kita menghadapi ancaman multidimensional," kata dia saat memberi pemaparan Pendidikan dan Bela Negara di Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Jakarta, Kamis (8/9).
Wiranto menegaskan, ancaman yang masuk ke Indonesia bukan lagi berupa militer. Sehingga, butuh kolaborasi dengan masyarakat dalam menghadapi ancaman multidimensional itu.
Ia menjabarkan ancaman yang mengancam stabilitas Indonesia, berupa, narkotika, pembalakan liar, perdagangan manusia, terorisme, radikalisme, korupsi. Bahkan, ia menyebut, ancaman itu juga berasal dari dalam bangsa Indonesia.
Menurutnya, apabila tidak ada kesadaran bela negara, artinya ada pembiaran merusak bangsa sendiri. Ia menilai semua lapisan masyarakat dapat menjadi pembela negara, terutama mahasiswa.
Wiranto beranggapan perguruan tinggi merupakan wadah pusat kecerdasan bangsa. Sehingga, menurutnya, akademisi memiliki tanggung jawab besar mengenai kesadaran bela negara. Ia beralasan bela negara bukan hanya tugas militer dan polisi. "Tapi, kewajiban semua sebagai warga negara," ujarnya.
Wiranto menyebut, ancaman multidimensional berpotensi membuat Indonesia tak stabil. Apabila tidak ada stabilitas, tak bisa membangun bangsa. Apabila negara tak bisa membangun bangsa, tidak bisa menyejahterakan masyarakat. Hal itu berpotensi membuat Indonesia kalah bersaing dengan negara lain. "Kalau tidak sejahtera, akan kalah dengan bangsa lain," ujar Wiranto.