Rabu 23 Aug 2017 17:58 WIB

Unas Kritisi Perbedaan Gerakan Mahasiswa Dulu dan Sekarang

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Agus Yulianto
Dr M Alfan Alfian M Msi,  Direktur Pascasarjana Ilmu Politik Sekolah Pascasarjana Unas.
Foto: Republika/Maman Sudiaman
Dr M Alfan Alfian M Msi, Direktur Pascasarjana Ilmu Politik Sekolah Pascasarjana Unas.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Prodi Ilmu Politik Pascasarjana Universitas Nasional (Unas), Alfan Alfian, menceritakan perbedaan gerakan mahasiswa era 1990-an dan era 2000-an dalam kunjungan ke Kantor Harian Republika. Corak reformasi dan perkembangan infomasi teknologi (IT) menjadi dua penyebab perbedaan gerakan mahasiswa.

"Gerakan mahasiswa sedang dalam masa paceklik, artinya tidak lagi miliki daya kritis secara ekspresif dibanding masa lalu. Corak reformasi juga berbeda. Perkembangan IT juga berpengaruh dalam berkurangnya suara para aktivis," kata dia dalam kunjungan, Rabu (23/8) sore.

Alfan menggambarkan, mahasiswa saat ini, cenderung ada pada zona nyaman mereka, artinya hanya kuliah saja di kampus. Kemudian, ketika mereka ingin menyuarakan sesuatu, mungkin saja mereka merasa serba tanggung.

Padahal, dia melanjutkan, gerakan mahasiswa tidak bisa dipandang sebelah mata, karena mereka memiliki pengaruh dalam setiap perubahan. "Gerakan mahasiswa ini tidak bisa diabaikan. Mahasiswa ini kan lapisan pemuda terpelajar karena intelektualnya," ujar pengamat politik itu.

Alfan merupakan, mantan aktivis era 1990-an. Dia juga sering menulis dan dimuat di beberapa media. Salah satunya pada 1994, menjadi tulisan pertamanya yang dimuat di Republika. Setelah itu dia menjadi penulis puisi yang juga dimuat di Republika dan fenomenal.

Sebagai seorang mantan aktivis dan juga dosen, Alfan dan kalangan akademisi lain di kampus, harus bertanggung jawab dengan jalannya demokrasi politik Indonesia. Dia menuturkan, media massa juga harus memastikan kondisi politik Indonesia berjalan dengan baik.

"Kampus kita sudah sangat komprehensif, menurut saya, Unas di bidang politik sudah lengkap, jadi bisa manfaatkan untuk diskusi terbatas, lalu Republika meliput kegiatan-kegiatan Unas. Kemudian Unas juga pro aktif adakan diskusi. Jadi kalau diliput dan bicara politik lebih efektif," jelas Alfan.

Menurut dia, akan ada nantinya momentum pas pasti gerakan mahasiswa akan timbul lagi. Walau belakangan justru kebanyakan suara dari LSM, seperti dalam Aksi 4-11, Aksi 2-12, dan demo lainnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement