REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Sopir angkutan berbasis aplikasi (daring) di Cirebon, Jawa Barat, masih beroperasi meskipun mendapat protes keras dari sopir angkutan konvensional. Para sopir angkutan konvensional pun melakukan sweeping dan sempat melakukan pemukulan terhadap seorang sopir taksi daring.
Sejumlah taksi daring diantaranya terlihat membawa penumpang di kawasan Batik Cirebon Plered. Hal itu mengundang kemarahan para sopir angkot. Dalam sweeping tersebut, sopir angkutan konvensional membuntuti taksi daring yang menggunakan mobil jenis Innova bernopol E 1018 KR dan menghentikannya di wilayah Tengah Tani, Kabupaten Cirebon. Para sopir angkot langsung melakukan pemukulan terhadap sopir taksi daring bernama Taufik.
Warga yang menyaksikan berusaha meredam aksi main hakim sendiri yang dilakukan para sopir angkot terhadap sopir taksi daring. Para sopir angkot kemudian membawa paksa korban dan mobilnya ke kantor polisi.
Kapolsek Weru, Kompol Dardak, saat menerima laporan aksi pemukulan itu, langsung menuju ke lokasi kejadian dan melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP). Korban pun dibawa ke rumah sakit untuk divisum sebelum dimintai keterangan. Dari hasil keterangan sementara, korban mengaku sebagai sopir taksi daring.
''Korban berdarah di bagian hidung, tapi untuk hasil visum nanti akan ditindaklanjuti oleh Polsek Kedawung karena kejadian di wilayah hukum Polsek Kedawung," ujar Dardak, Rabu (16/8).
Dardak mengimbau para sopir angkutan daring maupun konvensional sama-sama menahan diri. Dengan demikian, tidak terjadi gesekan apalagi yang mengarah pada aksi anarkisme.
Seperti diberitakan sebelumnya, seluruh sopir angkutan kota (angkot) di Kota Cirebon, mulai dari trayek D1 hingga D10 maupun angkot penyangga Kota Cirebon seperti GG, GP, GC, GM dan GS, melakukan aksi mogok massal, Selasa (15/8). Mereka juga berunjuk rasa di depan Gedung DPRD dan Balai Kota Cirebon. Hal itu sebagai bentuk protes beroperasinya angkutan online yang membuat pendapatan sopir angkutan konvensional jadi menurun. Aksi mogok pun terus berlanjut hingga Rabu (16/8).
Salah seorang sopir angkot GP, Nurdin, mengatakan, keberadaan taksi dan ojek daring membuat penghasilan para sopir angkot menurun. Apalagi, angkutan online tidak membayar pajak dan uji KIR serta membayar biaya trayek layaknya angkot. "Taksi online tidak bayar pajak, tidak uji KIR, dan tidak perlu membayar mahal biaya trayek. Mereka pun sekali narik bisa lima penumpang dan lebih nyaman karena ada AC," ujar Nurdin.