REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN -- Para peternak sapi potong di Desa Polosiri, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang mengharapkan harga garam segera kembali normal. Sehingga proses penggemukan sapi tidak terganggu lagi.
Semenjak harga garam grosok (garam tanpa olahan) melambung, mereka mengurangi penggunaan garam untuk komboran (makanan tambahan, Red) untuk ternak sapi. Di sisi lain, garam juga dibutuhkan karena kandungan nutrisinya.
Ratimin (46), salah seorang peternak mengaku, kenaikan harga garam grosok saat ini sudah mencapai enam kali lipat.Jika sebelumnya harga garam ini hanya Rp 1.000 per kilogram, saat ini sudah mencapai Rp 6.000 per kilogram.
Selain itu, garam grosok ini juga semakin sulit didapatkan. "Termasuk dari para pemasok yang selama ini memenuhi kebutuhan kelompok peternak sapi potong di Desa Polisiri ini," ungkapnya, Kamis(3/8).
Ia menjelaskan setiap ekor sapi yangsedang dalam proses penggemuka nmembutuhkan makanan tambahan atau komboran. Komboran ini penting sebagai asupan mineral pada sapi ternak tersebut.
Puluhan peternak sapi potong di desa inijamak membuat komboran dengan kompisisi garam, bekatul, potongan singkong serta konsentrat. Untuk membuat komboran ini, volume garam kebutuhan peternak juga cukup tinggi.
Jika dihitung rata- rata, satu ekor sapi penggemukan membutuhkan setidaknya seperempat kilogram garam grosok untuk campuran komboran. Padahal tiap peternak memiliki sedikitnya lima ekor sapi.
"Maka setiap hari butuh sekitar 2,5 kilogram garam grosok atau sedikitnya 75 kilogram garam per bulan per ekor sapi. Sementara, Desa Polosiri ini merupakan sentra sapi potong di kabupaten Semarang," tuturnya.
Akibat mahalnya garam mahal dan langka,masih jelas Ratimin, peternak mengurangi penggunaan garam untuk membuat komboran. Resikonya, proses penggemukan sapi juga akan terganggu.
Hal ini diamini oleh Kepala Dinas Perrtanian Perikanan dan Pangan, Kabupaten Semarang, Urip Triyoga. Menurutnya, manfaat garam dalam makanan tambahan pada ternak sapi atau komboran ini sebagai sumber mineral penting yang dibutuhkan pada masa pertumbuhan.
Sehingga pengurangan garam untuk sapi berakibat pada kekurangan sumber mineral. Hal ini bisa menngakibatkan pertumbuhan ternak sapi dapat terganggu. Yang paling parah, pertumbuhan sapi potong pun menjadi lebih lambat.
Oleh karena itu, ia pun berharappersoalan kelangkaan garam ini dapat segera tertangani." Sehingga produktivitas sapi potong di Desa Polosiri atau Kabupaten Semarang ini tidak terganggu lagi," kata Urip menambahkan.
Sementara itu, Ratimin menambahkan,Pemerintah harus peka terhadap permasalahan ini. "Sehingga persoalan garam yang dihadapi oleh peternak sapi potong Desa Polosiri dapat terselesaikan," jelasnya.