REPUBLIKA.CO.ID, BENGKULU -- Harga garam konsumsin di pasar tradisional Kota Bengkulu naik tiga kali lipat atau 300 persen dari harga normal akibat kelangkaan pasokan.
Salah seorang pedagang, Ny Kusmi di Bengkulu, Senin (31/7), menyebutkan, biasanya harga garam konsumsi dalam kemasan 500 gram hanya Rp 2.000, tetapi sekarang Rp 7.000 hingga Rp 8.000. "Harganya naik karena pasokan yang tidak ada lagi, mau tidak mau jual seperti itu," kata dia.
Akibat keterbatasan stok, Kusmi pun tidak bisa melayani permintaan dalam jumlah besar dari pengusaha kuliner. "Mereka pesan biasanya 20-30 kilogram. Kami tidak punya stok lagi stok. Kami utamakan konsumen rumah tangga," kata dia.
Para pedagang, lanjut dia, khawatir garam industri dikemas menjadi garam konsumsi dan beredar di pasaran. "Kami sebagai pedagang tentu khawatir karena jika konsumen kenapa-kenapa komplain ke kami, bukan ke perusahaan, kami pasti kehilangan pelanggan akibat itu," ucapnya.
Sementara itu, kepala gudang perusahaan pengolahan garam di Bengkulu, CV Abadi, Indra menyebutkan pihaknya memastikan garam industri tidak akan beredar menjadi garam konsumsi. "Kami sebenarnya juga khawatir. Kalau ada oknum yang mengedarkan garam industri, kami tentu juga takut orang berpikir itu hasil pengolahan kami karena cuma ada dua perusahaan pengolah garam di Bengkulu, dan satunya lagi milik pemerintah," kata Indra.
CV Abadi, katanya, memastikan garam industri tidak akan beredar di pasaran. Pihaknya sudah bekerja sama dengan pihak terkait lainnya seperti dinas perindustrian dan perdagangan setempat untuk mengatasi permasalahan tersebut.