REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- PJT II Jatiluhur, merilis data ketinggian air muka Waduk Ir Djuanda (Jatiluhur) masih di atas rencana. Saat ini, ketinggian air tersebut mencapai 103,60 meter di atas permukaan air laut. Sehingga hingga kini ketersediaan air baik untuk irigasi (pertanian) dan industri masih cukup aman.
Direktur II Pengelolaan Air PJT II Jatiluhur, Harry M Sungguh, mengatakan, saat ini suplai air masih cukup aman. Sebab, ketinggian air di Waduk Jatiluhur masih di atas rencana. Dengan begitu, petani tak perlu khawatir. Sebab, suplai air untuk wilayah hilir masih tercukupi. "Masih cukup aman ya air untuk irigasi," ujar Harry, kepada Republika.co.id, Ahad (30/7).
Mengingat, sampai saat ini air yang mengalir ke wilayah hilir dinilai masih cukup besar. Salah satunya, suplai ke irigasi Tarum Utara yang besarannya mencapai 72,6 meter kubik per detik. Bila dimaksimalkan, air itu sangat mencukupi untuk kebutuhan pertanian di lima golongan.
Apalagi, bila musim kemarau, suplai air memang agak dibagi. Dengan pola gilir giring. Maksudnya, supaya seluruh petani kebagian air. Jadi, wilayah yang sudah panen, suplai airnya disetop. Sedangkan yang mau tanam, suplai airnya diperbanyak. Dengan pola gilir giring ini, dinilai efektif dalam membagi air.
"Kalau ada masalah air, kami minta petani koordinasi dengan seksi-seksi PJT II yang ada di wilayah masing-masing," ujarnya.
Wakil Ketua KTNA Kabupaten Karawang, Ijam Sudjana, mengatakan, sampai saat ini suplai air ke hilir masih cukup aman. Termasuk, ke wilayah golongan air tiga. Yang meliputi, Kecamatan Tempuran, Cilamaya Kulon dan lainnya. "Air di irigasi masih tersedia," ujarnya.
Akan tetapi, di wilayah yang sangat ujung, memang suplainya agak tersendat. Akibatnya, jadwal penanaman menjadi mundur dari seharusnya. Namun, petani masih bisa tanam. Menurut Ijam, setiap musim kemarau persoalan suplai air yang tersendat sudah biasa. Namun, pihak terkait seperti PJT II Jatiluhur selalu membagi air dengan pola gilir giring. Supaya, seluruh areal pertanian kebagian air.