REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Wakil Gubernur Bali Ketut Sudikerta mengatakan rencana pembangunan sejumlah ruas tol di daerah itu dipindahkan menjadi melewati beberapa kaki pegunungan di tengah-tengah Pulau Dewata.
Sudikerta di sela-sela menggelar pertemuan dengan tokoh-tokoh pariwisata, di Denpasar, Kamis (6/7) mengatakan perubahan rencana tempat pembangunan tol tersebut karena setelah dilakukan studi kelayakan (FS) terhadap sejumlah ruas tol sebelumnya hasilnya tidak "feasible" atau tidak layak.
"Kalau kemarin rencana pembangunannya banyak di pinggir pantai, semuanya itu pembebasan lahannya mahal, tidak feasible, sehingga akhirnya dipilih mana yang bisa memberikan akses lebih murah di dalam pelaksanaan pembangunannya," ujarnya.
Oleh karena itu, direncanakan pembangunan tol melewati sejumlah kaki pegunungan dari wilayah Gilimanuk Kabupaten Jembrana hingga kaki pegunungan di Karangasem. Ruas tol yang digagas melewati pegunungan itu yakni dari Pekutatan-Seririt, Bangli-Kubutambahan, Baturi-Gatsu Denpasar.
"Di bongkol (kaki) pegunungan itu banyak tanah negara sehingga pembebasannya akan lebih efektif, efisien dan lebih murah," ucap Sudikerta.
Sebelumnya Pemprov Bali merencanakan membangun empat ruas tol Bali sepanjang 156,7 kilometer. Empat ruas ini meliputi Kuta-Canggu-Tanah Lot-Soka sepanjang 28 km, Soka-Pekutatan (25,1 km), Pekutatan-Gilimanuk (54,4 km), dan Pekutatan-Lovina (46,7 km).
Setelah dilakukan FS, ternyata untuk pembebasan lahan sejumlah ruas tol semula membutuhkan biaya yang sangat tinggi. Untuk tol yang melewati wilayah Kabupaten Badung misalnya, harga satu are tanah mencapai Rp 3 miliar.
"Tol sebelumnya juga banyak melewati pinggir pantai dan banyak tanah masyarakat, yang tentu proses pembebasan lahannya akan lebih lama," ujarnya.
Menurut Sudikerta, kalau hasil FS-nya tidak layak dan tidak ada yang mau membangun tol itu karena biaya pembebasan lahannya sangat tinggi, tentu rencana semula tidak bisa direalisasikan. Padahal, kata dia, pembangunan infrastruktur dan tol salah satunya, merupakan hal yang sangat penting untuk mengatasi kesenjangan perekonomian antara kawasan Bali selatan dengan kawasan Bali bagian timur, barat dan utara.