Selasa 23 May 2017 20:27 WIB

Rokok Terbanyak Dikonsumsi Rakyat Indonesia Setelah Beras dan Listrik

Rokok elektrik (ilustrasi).
Foto: Foto : Mardiah
Rokok elektrik (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Dinas Kesehatan Kota Bogor, Jawa Barat, mengajak para remaja hidup sehat tanpa rokok. Menurut Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Erna Nuraini, remaja merupakan pasar potensial industri rokok saat ini. 

"Terlebih hadirnya rokok elektrik yang mulai digandrungi oleh generasi muda kita," kata Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Erna Nuraini di sela-sela Seminar Hari Tanpa Rokok Sedunia yang digelar di Bogor, Senin (22/5). Seminar itu digelar dengan sasaran membuka wawasan remaja untuk hidup sehat tanpa rokok.

Erna menjelaskan Dinas Kesehatan Kota Bogor mencoba membuka wawasan generasi muda akan bahaya rokok baik rokok konvensional maupun rokok elektronik bagi kesehatan. "Sesuai tema nasional rokok mengancam pembangunan, karena rokok saat ini menjadi konsumsi terbesar ketiga masyarakat Indonesia setelah beras dan listrik," katanya.

Seminar kesehatan hidup sehat tanpa rokok merupakan rangkaian acara peringatan Hari Tanpa Rokok Sedunia (HTTS) tingkat Kota Bogor, yang puncak peringatannya akan diperingati pada 31 Mei mendatang.  Kegiatan seminar diikuti 200 orang peserta terdiri atas pelajar, remaja, komunitas, Karang Taruna dan lainnya.

Dinas Kesehatan menghadirkan sejumlah narasumber yang memiliki konsentrasi terhadap pengendalian tembakau seperti Nurul Nadia Luntungan yang memiliki gelar Master of Public Health dari Harvard University, yang mengangkat tema "Gaya Hidup Merokok Elektrik dan Efeknya". Pembicara berikutnya, Agus Nurumudin Dosen FKK UMJ Jakarta dengan materi berjudul "Trik dan System Pemasaran Produsen Rokok", lalu Rohani Budi Prihatin, LP3DI Sekjen DPR RI, mengangkat materi berjudul "Peran Pemuda dalam Gerakan Pengendalian Tembakau".

Menurut Erna, tren merokok di kalangan remaja di Indonesia mengalami peningkatan, termasuk di Kota Bogor yaitu angka perokok muda terus meningkat setiap tahunnya. "Ini menjadi kekhawatiran kita, kalau tidak segera ditanggulangi maka bonus demografi kita menjadi ancaman," katanya.

Tidak hanya itu, tingginya angka perokok juga berpengaruh pada kesehatan di mana jumlah pendirita penyakit tidak menular akan meningkat.

"Dan ini juga akan berpengaruh pada program JKN, dana BPJS yang dikeluarkan pemerintah akan membengkak," katanya.

Erna menambahkan upaya untuk menekan jumlah perokok adalah dengan meningkatkan kawasan masyarakat khususnya generasi muda akan bahaya rokok, dengan kesadaran diri sendiri menolak menjadi target rokok.  "Merokok berkaitan dengan perilaku, mengubah perilaku tidak mudah, perlu kesadaran dari diri sendiri," kata Erna.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement