Sabtu 29 Apr 2017 17:33 WIB

Angka Kematian Ibu dan Balita di Papua Turun

ANGKA KEMATIAN IBU DAN ANAK. Seorang ibu bercanda dengan anaknya sebelum melakukan pemeriksaan kesehatan bayi di Posyandu Kama di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua, Kamis (18/4).
Foto: ANTARA/M Agung Rajasa
ANGKA KEMATIAN IBU DAN ANAK. Seorang ibu bercanda dengan anaknya sebelum melakukan pemeriksaan kesehatan bayi di Posyandu Kama di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua, Kamis (18/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Angka kematian balita dan ibu melahirkan di Provinsi papua dilaporkan menurun. Capaian tersebut merujuk pada program dan kegiatan yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) Papua sejak tahun 2013.

Kepala Dinas Kesehatan Papua Aloysius Giyai mengatakan, angka Kematian Ibu (AKI) menurun dari angka 575 per 100 ribu kelahiran hidup menjadi menjadi 380 per 100 ribu kelahiran hidup. Hal serupa juga terhadi untuk Angka Kematian Balita (AKB) mengalami penurunan dari 54 per 1.000 kelahiran hidup.

"Kini menjadi 13 per 1.000 kelahiran hidup," kata Aloysius dalam keterangan pers yang diterima Republika.co.id, Sabtu (29/4). Gizi buruk juga mengalami penurunan dari 21,6 persen menjadi 7,7 persen dan cakupan imunisasi meningkat dari 57,5 persen menjadi 67 persen.

Laporan itu, kata dia, merupakan catatan sukses yang dibuat Gubernur Papua Lukas Enembe dan Wakil Gubernur Klemen Tinal, yang dinilai mencatatkan sejarah dengan sukses mengangkat derajat kesehatan Orang Asli Papua (OAP). Namun demikian, kata Aloysius, semua itu masih perlu kerja keras.

Fokus ke depan di masa kepemimpinan Gubernur Lukas dan Wagub Klemen, kata dia, meningkatkan jaminan kesehatan orang asli Papua (OAP) yang selama ini telah cukup baik. Misalnya pelayanan rujukan meningkat dari 80 persen menjadi 100 persen. Dia menerangkan, pada 2016 ada 10 kabupaten yang memperoleh piagam penghargaan imunisasi dasar lengkap dari Kementerian Kesehatan.

"Kabupaten Jayapura sukses dalam pemberian obat pencegahan massal 5 tahun menuju bebas Filariasis 2020,” katanya.

Menurut dia, capaian berikutnya adalah peningkatan pasien baru Tuberculosis (TB) yang diobati meningkat mulai dari 48 persen menjadi 100 persen. Angka inseden malaria menurun dari 70 per 1.000 menjadi 34 per 1.000 dan cakupan temuan BTA positif menurun dari 2.778 kasus menjadi 2.050 kasus.

Selain itu, jumlah kasus Human Immuno Deficiency Virus (HIV) yang mengikuti Voluntary Counseling Test (VCT) mengalami peningkatan dari 3.713 kasus menjadi 4.155 kasus. Untuk kasus postif malaria yang mendapat obat ACT juga menurun dari 142.306 kasus menjadi 100.410 kasus.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement