Ahad 09 Apr 2017 15:14 WIB

Kasus Teroris Tuban Dinilai Banyak Kejanggalan, Apa Saja?

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Nur Aini
Petugas mendorong kereta jenazah berisikan terduga teroris kawasan Desa Beji, Kabupaten Tuban ketika tiba di ruang Kompartemen Dokpol Rumah Sakit Bhayangkara Polda Jawa Timur, Surabaya, Sabtu (8/4).
Foto: Antara/M Risyal Hidayat
Petugas mendorong kereta jenazah berisikan terduga teroris kawasan Desa Beji, Kabupaten Tuban ketika tiba di ruang Kompartemen Dokpol Rumah Sakit Bhayangkara Polda Jawa Timur, Surabaya, Sabtu (8/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepolisian dinilai harus transparan dan mrnjelaskan secara terbuka soal kasus dugaan terorisme di Tuban, Jawa Timur, yang terjadi Sabtu (8/4). Hal ini karena portal media sosial Divisi Humas Polda Jawa Timur menyebutkan bahwa tujuh orang yang menyerang polisi adalah sekelompok bandit. Namun belakangan tindakan itu diseret menjadi isu terorisme.

"Menurut saya banyak kejanggalan kalau kasus tersebut diseret ke isu terorisme. Dari nama yang muncul dikaitkan dengan jaringan teroris Semarang itu juga nama yang asing," ujar pengamat terorisme Harits Abu Ulya, Ahad (9/4).

Seperti diberitakan sebelumnya, sekelompok orang di dalam sebuah mobil mengeluarkan tembakan ke arah aparat. Saat dilakukan pengejaran oleh aparat akhirnya mobil berhenti dan para penumpang lari ke arah kebun masyarakat. Tak lama kemudian, enam dari tujuh orang tersebut tewas sementara satu orang terluka. Harits mengatakan barang bukti yang awalnya hanya paspor, beberapa telepon seluler, dan sekotak amunisi, sekarang bertambah dengan dua mushaf Alquran, handy talky, serta dua pistol.

"Andaikan benar gerombolan tujuh orang tersebut melawan dengan senpi, sementara barang bukti cuma dua pucuk pistol. Maka bagaimana lima orang lainnya tersebut melawan dan berujung  tewas? Nggak lucu jika seseorang membawa bom kemudian ia lari terbirit-birit sembunyi di kebun untuk melawan. Ini perlu penjelasan," kata Harits.

Dia menilai saat ini masyarakat gagap untuk bisa komentar soal orang yang tewas dengan label terduga teroris. "Karena label 'teroris'  seolah menjadi sertifikat halal untuk dihabisi nyawanya dan tidak ada pertanggungjawaban atas hilangnya nyawa tesebut," kata Harits.

Baca juga: Terduga Pelaku Teror Tuban Dikenal Ramah

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement