REPUBLIKA.CO.ID, SUMBAWA BARAT -- Kabupaten Sumbawa Barat (KSB), Nusa Tenggara Barat (NTB) memiliki sejumlah potensi wisata yang luar biasa untuk dikembangkan. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumbawa Barat IGB Sumbawanto mengatakan, KSB memiliki potensi pariwisata yang cukup menjanjikan untuk ditelusuri, misalnya keberadaan Desa Mantar di Kecamatan Poto Tano.
Desa yang terletak 600 meter di atas permukaan laut ini menawarkan keindahan alam yang istimewa dan dikenal juga sebagai 'Negeri di Atas Awan' mengingat lokasinya yang berada di dataran tinggi hingga terkadang tertutup awan jika dilihat dari kejauhan.
Sumbawanto menuturkan, desa berpenduduk sekitar 1.500 jiwa ini, menurut sejarah terbentuk sekitar ratusan tahun lalu dari berbagai etnis yang kapalnya terdampar di perairan Selat Alas. Di lokasi yang sama, para wisatawan juga bisa mencoba olahraga paralayang. Sumbawanto mengatakan, Pemkab Sumbawa Barat belum lama menggelar seminar tentang olahraga paralayang untuk meningkatkan pemahaman warga sekitar akan sport tourism tersebut.
"Semoga ke depan Desa Mantar bisa menjadi Desa Paralayang," ujar Sumbawanto saat Festival Pesona Mantar 2017 di Kecamatan Seteluk, Sumbawa Barat, NTB, Ahad (2/4).
Demi mengenalkan Desa Mantar, Pemkab Sumbawa Barat kini menggelar Festival Pesona Mantar 2017 yang digelar sejak 2 April hingga 8 April. Festival ini juga menampilkan sejumlah event budaya seperti barapan kebo, barapan ayam, seni tari, kompetisi sepatu roda, hingga event paralayang. Sumbawanto menjelaskan, kegiatan ini juga merupakan bagian dari Festival Pesona Tambora 2017.
Sumbawanto mengatakan, KSB juga mempunyai Gili Kenawa, pulau kecil dengan keindahan bawah laut yang luar biasa memesona. Bergeser ke Pantai Peser di Kecamatan Sekongkang, KSB menawarkan objek wisata surfing. "KSB punya ombak yang cukup ternama, Yoyo's di Pantai Peser, sudah tiga kali gelar event surfing bertaraf internasional," ucap dia.
Sumbawanto mengatakan, pada Senin (3/4), Pemkab Sumbawa Barat bersama Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) dan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) akan menggelar seminar tentang percepatan dan pengembangan pariwisata di KSB yang diikuti sekitar 100 peserta dari pemilik usaha perhotelan, restoran, hingga agen jasa perjalanan wisatanya.
"Kami harap ada rekomendasi dan masukan untuk kami tindaklanjuti sehingga terjadi percepatan pengembangan pariwisata di KSB," kata Sumbawanto.