REPUBLIKA.CO.ID, KSB -- Bupati Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB) W. Musyafirin menyatakan, pembangunan bandara di Desa Kiantar, Kecamatan Poto Tano, Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) sudah ada sejak KSB berdiri.
Rencana tersebut, kata dia, diperkuat dengan disahkannya Perda Nomor 2 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Sumbawa Barat.
"Adanya isu yang coba memperkeruh suasana dengan mengatakan mengapa rencana pembangunan bandara di Desa Kiantar baru hari ini dilaksanakan adalah blunder fatal yang seolah-olah tidak mengetahui informasi dan perjalanan pembangunan KSB dari tahun ke tahun," kata dia, Selasa (18/5).
Ia mengatakan, Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat tidak main-main dalam ikhtiar membangun daerah ini. “Rencana pembangunan bandara itu sudah ada sejak KSB berdiri dan ditindaklanjuti dengan disahkannya Perda Nomor 2 Tahun 2021. Apabila sudah berbicara Perda tentu sudah memalui kajian yang matang,” kata Musyafirin.
Pengesahan Perda tersebut, klaim dia, telah melalui uji publik. “Saya masih ingat waktu itu anggota DPRD KSB Saleh Mantar (alm) adalah salah satu orang yang menginisiasi pembangunan bandara di Desa Kelahirannya. Kini harapan dari almarhum untuk melihat desanya maju lewat pembangunan bandara itu akan tercapai, tentunya suatu kesalahan dan dosa apabila harapan yang sudah ada didepan mata itu harus terbuang secara sia-sia,” ujar Bupati dua Periode tersebut.
Selain itu, Musyafirin menegaskan, pembangunan bandara di Desa Kiantar tidak menggunakan seperpun uang negara, semuanya murni berasal dari investor yang ingin melihat KSB maju.
“Tidak ada sepeserpun uang negara kita gunakan, anggaran pembangunan bandara di Desa Kiantar murni datang dari investor. Perlu diingat bahwa mendatangkan investor untuk membangun daerah sangatlah susah, saya sudah mengalaminya. Kami pernah bertemu dengan calon investor yang ingin membangun bandara dari berbagai negara, terakhir dari Brunai Darussalam namun hasilnya nihil. Sekarang ada investor yang ingin berinvestasi dan membangun daerah lantas kita menolaknya, saya rasa itu adalah langkah konyol serta di luar nalar fikir,” kata Musyafirin.
Mendatangkan investor adalah pekerjaan berat, kata dia, butuh kepercayaan yang kuat bagi investor untuk berinvestasi di daerah ini. Itu tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang, butuh leadership yang kuat dan betul-betul orang yang berintegritas, Musyafirin telah berhasil membuktikannya.
"Banyak pihak yang menginginkan bandara di Desa Kiantar segera dibangun, mereka telah melihat manfaat suatu daerah memiliki bandara, seperti halnya yang terjadi saat pembangunan bandara internasional Bizam (Lombok), waktu itu masyarakat menentang dengan keras. Buat apa dibangun padahal bandara yang lama masih ada, namun kini masyarakat yang sempat menolak merasakan manfaatnya," kata dia.
Menurut dia, perekonomian maju, usaha penginapan menjamur, hasil-hasil kerajinan tradisional berkembang, usaha travel membawa keuntungan menjanjikan tak ketinggalan usaha kios-kios dan pedagang kaki lima mendapat rezeki dari keberadaan bandara.
Musyafirin menyatakan, Bandara ini nantinya dihajatkan untuk membuka akses sebility dan konektiviti yang selama ini menjadi pekerjaan rumah besar Kabupaten Sumbawa Barat.
“Pariwisata yang terhampar dari ujung Poto Tano hingga Sekongkang tidak akan bernilai apa-apa jika para wisatawan enggan berdatangan karena jalur transportasi yang rumit dan melelahkan. Oleh karenanya saya mengharapkan doa dan dukungan seluruh masyarakat KSB. Kita tidak usah lagi berkutat pada pertanyaan apa manfaat dari keberadaan bandara. Hakkulyakin pasti akan mendatangkan manfaat yang sangat besar bagi kemajuan pembangunan daerah KSB,” kata Musyafirin.