Kamis 30 Mar 2017 21:12 WIB

Akademisi: Anak Rentan Terpapar Konten Negatif Internet

Pastikan anak-anak mengakses internet secara aman
Pastikan anak-anak mengakses internet secara aman

REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Anak-anak rentan terpapar konten negatif internet sehingga perlu pendampingan orang tua, kata Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto, Edi Santoso.

"Hampir semua ada di internet, baik positif ataupun negatif. Anak-anak yang tak siap dengan informasi yang melimpah itu berpotensi terpapar konten-konten negatif," kata Dosen Ilmu Komunikasi, Fisip, Universitas Jenderal Soedirman, Edi Santoso di Purwokerto, Kamis (30/3).

Konten negatif, tambah dia, misalnya pornografi atau kekerasan. "Konten negatif tersebut melimpah di internet," katanya.

Meski demikian, menurut dia, internet merupakan realitas zaman yang tidak dapat dihindarkan. "Jadi anak tidak perlu diisolasi atau dihindarkan dari internet, tetapi ditumbuhkan resistensinya. Di situlah peran orang tua menanamkan daya imun atau resistensi terhadap internet," katanya.

Salah satu caranya, kata dia, orang tua lebih intensif dalam mendampingi anak dalam mengakses internet. "Dalam khasanah komunikasi, kita menyebutnya sebagai literasi media atau literasi internet, yakni kemampuan mengonsumsi isi media secara konstruktif," katanya.

Dia mengatakan, Fisip Unsoed beberapa kali mengadakan kegiatan peningkatan media literasi. "Misalnya, kita menyasar ibu-ibu PKK. Kita beri pemahaman tentang realitas media, karakter dan juga dampak-dampaknya. Harapannya, ibu-ibu ini lebih bisa mendampingi anaknya dalam mengonsumsi media, termasuk internet," katanya.

Sementara itu, dia juga menambahkan, disamping dampak negatif, internet juga bisa memiliki dampak positif. "Seperti yang ditulis Don Tapscott dalam bukunya 'Grown Up Digital', internet ada sisi positifnya juga. Melalui serangkaian penelitian, Tapscott menyimpulkan, Internet telah memunculkan kultur baru bagi anak-anak muda yang sebetulnya positif," katanya.

Misalnya, tambah dia, kultur kolaboratif dan demokratis. "Bahkan game-game online, kata Tapscott, bisa mengasah kemampuan spasial anak-anak, yang nantinya akan dibutuhkan oleh profesi seperti arsitektur atau dokter bedah," katanya.

Karena itu, kata Edi, yang terpenting adalah menumbuhkan sikap mental anak terhadap internet. "Yang terpenting adalah mengasah kemampuan kita dalam mengonstruksi internet, sebagai alat perusak atau pembangun?," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement