Jumat 21 Oct 2016 22:35 WIB

BNPT: Awasi Aktivitas Anak di Dunia Maya

Anak dan internet
Foto: EPA
Anak dan internet

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Polisi Suhardi Alius meminta para orang tua untuk mengawasi aktivitas anak-anak muda di dunia maya. Hal itu demi mencegah anak terhindar dari pengaruh buruk termasuk paham radikal.

"Orang tua minimal harus tahu situs-situs apa saja yang sering diakses oleh anak-anaknya, jangan sampai mereka menjadi radikal karena mengakses internet tanpa ada pengawasan," ungkap Suhardi di Solo, Jawa Tengah, Jumat (21/10), dikutip dalam siaran persnya.

Berbicara di depan peserta Dialog Sinergisitas Masyarakat Dalam Menangkal Radikalisme, Suhardi mengatakan bahwa perkembangan internet membuka celah bagi masuk dan berkembangnya paham radikal.

Anak-anak muda yang mengakses informasi radikal itu berpeluang besar menjadi radikal atau bahkan menjadi pelaku teror, seperti aksi penyerangan terhadap polisi di Tangerang, teror di Mapolresta Solo, dan penyerangan pendeta di sebuah gereja di Medan.

Meski begitu, Suhardi juga menyatakan bahwa internet tidak sepenuhnya buruk, karena melalui internet pula informasi yang baik dan benar terkait dengan agama dan nasionalisme dapat disebarluaskan ke masyarakat. "Kami di BNPT juga memiliki divisi yang khusus menangani radikalisme di dunia maya, divisi ini bertugas memberikan kontranarasi terhadap konten-konten radikal yang sangat meresahkan," terangnya.

Suhardi juga mengatakan bahwa pihaknya terus berusaha maksimal untuk menanggulangi radikalisme dan terorisme secara total, salah satunya dengan menjalin kerja sama dengan 17 kementerian/lembaga.

Menurut dia, radikalisme bisa menjangkiti siapa saja, meracuni siapa saja tanpa memandang latar belakangnya. Karena itu, ia meminta agar masyarakat selalu waspada dan tidak menganggap remeh bahaya paham kekerasan ini.

Ia menjelaskan bahwa terorisme adalah kejahatan yang tidak terjadi secara tiba-tiba, ada proses panjang sebelum akhirnya meresap ke pikiran dan sikap seseorang.

Kurangnya ilmu dan kesejahteraan disebutnya sebagai dua hal penting yang membuka celah bagi masuknya paham kekerasan radikal dan terorisme. "Jika seseorang sudah berilmu dengan baik, atau sudah sejahtera hidupnya, mereka tidak akan mudah terpengaruh terorisme," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement