REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Ketua Organda Kota Bandung Neneng Djuraidah mengatakan kehadiran moda transportasi berbasis online membuat sekitar 50 persen dari total 5.521 angkot dan 2.000 taksi dari sembilan perusahaan harus berhenti beroperasi. "50 persen tersebut tidak jalan karena situasi angkutan lagi tidak benar. Selain transportasi berbasis online, banyaknya motor, kendaraan pribadi, angkutan massal bus sekolah gratis," kata Neneng di Bandung, Jumat (10/3).
Neneng mengatakan, kondisi tersebut telah terjadi sejak dua tahun kebelakang, ketika transportasi berbasis online mulai menjamur di Kota Bandung. "Armada angkot banyak yang dikandangkan," kata dia.
Neneng menuturkan, menindak lanjuti aksi mogok massal pada Kamis (9/3), pihaknya kemudian mengadakan pertemuan dengan organda di seluruh Jawa Barat dan menghasilkan surat keputusan bersama yang sudah diajukan kepada Gubernur Jawa Barat.
"Kami meminta agar dilakukan pembenahan. Kehadiran taksi online sangat berpengaruh sekali karena memang yang dirasakan kita, dari angkot hingga taksi kalau persentasikan 60 persen berpengaruh terhadap pendapatan kita," ujarnya.
Meski begitu, ia pun menyesalkan atas aksi perusakan mobil yang dilakukan beberapa oknum sopir angkot. Dengan aksi tersebut, malah semakin memperparah citra angkot di mata masyarakat.
"Kita seharusnya memberikan pelayanan seoptimal mungkin. Kita sedang terpuruk, dan kejadian tersebut membuat suasana semakin buruk," kata dia.