Kamis 19 Jan 2017 18:17 WIB

Polmark: Masalah Kepribadian Membuat Ahok akan Kalah

Rep: Ahmad Islamy Jamil/ Red: Teguh Firmansyah
Gubernur DKI Jakarta nonaktif Basuki Tjahaja Purnama siap untuk menjalani sidang lanjutan kasus dugaan penistaan agama di Auditorium Kementerian Pertanian, Jakarta Selatan, Selasa (17/1).
Foto: Antara/Pool/Resa Esnir
Gubernur DKI Jakarta nonaktif Basuki Tjahaja Purnama siap untuk menjalani sidang lanjutan kasus dugaan penistaan agama di Auditorium Kementerian Pertanian, Jakarta Selatan, Selasa (17/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hasil survei terbaru lembaga konsultan politik Polmark Indonesia mengungkap, mayoritas warga Jakarta mengetahui adanya kasus penistaan agama yang melilit Basuki T Purnama alias Ahok. Kasus tersebut juga disinyalir bakal menjadi salah satu penyebab utama kekalahan sang pejawat pada Pilkada DKI 2017.

Menurut temuan survei lembaga itu, sebanyak 94,2 persen responden mengaku mengetahui kasus penistaan agama yang dituduhkan kepada Ahok. Hanya 5,5 persen warga yang mengatakan tidak tahu tentang kasus itu. Sementara, sebanyak 0,3 responden lagi tidak menjawab.

Selanjutnya, ketika para responden ditanyai pendapatnya tentang kasus yang membelit mantan bupati Belitung Timur itu, sebanyak 72,1 persen dari mereka menyatakan Ahok memang menistakan agama. Hanya 26,6 persen responden yang menyebut Ahok tidak menistakan agama. Sementara, sebanyak 1,3 persen reponden lagi tidak menjawab.

CEO Polmark Indonesia, Eep Saefulloh Fatah menuturkan, kasus penistaan agama menjadi salah satu penyebab merosotnya elektabilitas Ahok secara signifikan dibandingkan dengan beberapa bulan lalu. Padahal, jika dinilai dari sisi kinerja dan pengalamannya, gubernur DKI nonaktif itu mendapat penilaian cukup baik dari publik.

"Kasus penistaan agama membuat sebagian besar pemilih di DKI tidak mau pilih Ahok. Suka atau tidak suka, itulah fakta yang kami temukan di lapangan," ujarnya kepada wartawan di Jakarta, Kamis (19/1).

Dari ketiga paslon yang ada, kata Eep, Ahok-Djarot mendapat penilaian tertinggi dari publik DKI dalam hal pembuktian mampu bekerja dan memimpin dengan baik, yaitu sebesar 31,2 persen suara. Selanjutnya disusul oleh Anies-Sandi sebanyak 23,7 persen suara, dan Agus-Sylvi 21,8 persen suara. Sementara, 23,2 persen responden menyatakan tidak tahu.

Baca juga,  Di Empat Survei Ini Ahok Kalah.

Dalam hal memiliki pengalaman yang cukup untuk memimpin Jakarta, Ahok-Djarot juga berhasil mengungguli para pesaingnya dengan perolehan 39,7 persen suara. Selanjutnya disusul oleh Anies-Sandi sebanyak 21,3 persen suara, dan Agus-Sylvi 16 persen suara. Sementara, 23 persen menyatakan tidak tahu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement