REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengungkap perekrutan perempuan sebagai calon pengantin peledakan bom memang modus baru di Indonesia. Hal ini menyusul terungkapnya peran Dian Yulia Novi (DYN) yang akan dijadikan pelaku peledakan diri bom panci di salah satu objek vital negara pada Ahad (11/12) kemarin.
"Ya itu modus baru. Mereka menggunakan wanita," ujar Tito di Mabes Polri, Jumat (16/12).
Namun demikian, Tito menilai perekrutan perempuan sebagai pelaku peledakan diri tidaklah asing dalam dunia terorisme selama ini. Ia mencontohkan, pelaku bom bunuh diri terhadap Perdana Menteri India, Rajiv Gandhi yang merupakan perempuan, kemudian pelaku peledakan bom di Suriah, Irak, Afghanistan dan negara lainnya.
"Itu yang di India kemudian di Suriah, Irak Afganistan, di Jordan juga sangat biasa. Karena wanita dianggap lebih tidak mencurigakan," katanya.
Hal ini karena perempuan dianggap lebih tidak mencurigakan dibanding pelaku teror dari laki-laki. Karenanya, dalam rencana aksi bom yang ditemukan Densus 88 di Bekasi itu juga kemudian memanfaatkan hal tersebut.
"Kaum wanita biasanya nggak mengandung kecurigaan karna wanita dilihat lebih irasional kalau melakukan itu. Makanya kelompok teror gunakan wanita biar tidak dicurigai," kata Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Boy Rafli Amar.
Boy Rafli juga mengatakan kaum perempuan juga dianggap lebih mudaj berbaur dengan lingkungan sekitar dan dinilai sebagai simbol kedamaian sehingga tidak mungkin melakukan tindakan peledakan diri. Ini juga yang menjadi alasan kelompok tersebut menggunakan perempuan sebagai calon pengantin.
"Jadi dia lebih mudah diterima ketika dia berbaur, tiba tiba lakukan aksi teror. Strategi dalam rangka mengelabui objek yang jadi sasaran, seolah wanita simbol kedamaian, berikan situasi yang menyejukkan, dimanfaatkan," kata Boy.