REPUBLIKA.CO.ID,PIDIE JAYA -- Gempa susulan masih terus membayang-membayangi masyarakat Kabupaten Pidie Jaya. Setidaknya hingga saat ini tercatat ada sekitar 74 kali gempa susulan yang mengguncang daerah pemekaran tersebut.
Berdasarkan pantauan Republika.co.id, saat gempa susulan tersebut datang tampak warga yang berada di pengungsian sekalipun berlari berhamburan. Seperti yang terjadi di Posko Pengungsian Masjid Rhieng Blang, Desa Rhieng Blang, Kabupaten Pidie Jaya pada Sabtu (10/12) malam.
Pada malam itu, ratusan warga masih banyak yang menginap di posko tersebut, yang terdiri dari oleh orang tua, perempuan, anak-anak, bahkan balita. Salah seorang ibu ang memiliki balita, Husna (28 tahun) tampak sedang menimang bayinya dengan ayunan yang digantungkan di tenda.
Ia mengungsi di posko tersebut bersama suaminya, Rizal (32 tahun) beserta kedua anaknya Asraf (4,5 tahun) dan bayinya yang sedang diayunkannya tersebut, Zuher (6 bulan). Namun, pada malam itu suaminya tersebut sedang tak tidak berada di situ.
Menurut Husna, seluruh keluarganya mengungsi di Posko tersebut lantaran masih terus diteror oleh gempa susulan. “Sampai saat ini belum pulang ke rumah. Karena kalau gempa gemetar dan takut, karena itu kami tidak bisa pulang ke rumah,” ujarnya.
Ia belum mengetahui sampai kapan keluarganya akan mengungsi di posko tersebut. Begitu juga dengan ibu-ibu lainnya yang mempunyai bayi di posko itu juga tidak bisa menentukan kapan akan menetap di tenda yang didirikan di pelataran Masjid Rhieng Blang tersebut.
Sesaat setelah Republika.co.id berbincang dengan Husna, gempa susulan mengguncang pengungsian tersebut sekitar pukul 23.42 WIB. Gempa berkekuatan 4,3 skala richter tersebut langsung membuat Husna panik dan ia tampak langsung mengangkat bayinya yang sedang berada dalam ayunan.
Husna langsung bergegas keluar dari tenda bersama ratusan pengungsi lainnya yang terjaga dari tidurnya di malam itu. Tidak hanya yang berada di tenda, pengungsi yang tidur di dalam masjid pun keluar berhamburan.
Salah satu pengungsi di Masjid itu, Rohana (45 tahun) tak berhenti mengucapkan asma Allah saat diguncang gempa susulan tersebut. Menurut dia, jika kondisi alam seperti ini tersebut lama-lama akan membuat dirinya sakit jantung. "Jantungan kalau kayak gini terus, masih pusing ini," ucap dia.
Rohana mengatakan, lebih baik hidup di daerah konflik daripada hidup dengan dibayang-bayangi gempa susulan tersebut. “Kalau daerah konflik masih bisa sembunyi, tapi kalau di daerah gempa mau sembunyi gimana,” kata Rohana.
Malam itu pun berlalu, beberapa kali setelahnya gempa semacam itu masih terus terjadi hingga Ahad (11/12) sekitar pukul 09.50 WIB. Kali ini gempa susulan itu berkekuatan gempa 5,3 skala richter. Akibat gempa itu, salah seorang warga Keluarahan Meuraksa, Iskandar Idris (46 tahun) bersama keluarganya harus kembali ke pengungsian yang berada di Masjid at-Attaqwa.
“Saya sangat syok, istri saya juga saya tinggalin di pengungsian, saya juga untuk menenangkan diri sebenarnya,” ujarnya saat ditemui Republika.co.id, Ahad (11/12).