REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pendiri Kampung Matematika Raden Ridwan Hasan Saputra mengatakan, dalam kacamata suprarasional, aksi 212 yang diniatkan menggelar sajadah dengan melakukan zikir, wirid, sedekah, dan ibadah lainnya merupakan aksi untuk menabung pahala secara besar-besaran. Pahala ini sesungguhnya kekuatan besar yang jarang diketahui manfaatnya oleh orang banyak.
Menurut Ridwan, jika tabungan pahala itu sudah mencukupi kapasitasnya maka aksi 212 yang memohon agar pelaku penista agama dipenjara, sangat mungkin terwujud. Jika tabungan pahala akibat aksi 212 lebih banyak lagi, permohonan tambahan dari peserta aksi ini pun akan terpenuhi.
"Saya berharap permohonan tambahan peserta aksi 212 adalah menjadikan negara Indonesia menjadi negeri baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur sehingga negeri ini akan tetap aman," ujar Ridwan dalam keterangan tertulisnya kepada Republika.co.id, Sabtu (3/12).
Ridwan menambahkan, jika permohonannya adalah negeri baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur, maka tabungan pahala yang terkumpul harus sangat besar sekali. Tabungan pahala akan sangat sulit terkumpul jika hanya dilakukan oleh orang-orang yang menggelar sajadah di Jakarta pada aksi 212. Oleh karena itu, gelar sajadah setelah Jumat sampai Ashar yang dilakukan di sejumlah masjid di luar wilayah DKI Jakarta dapat menambah tabungan pahala dalam rangka doa untuk kebaikan bangsa dan negara.
Secara logika, imbauan peserta aksi 212 untuk menggelar sajadah di berbagai masjid setelah Jumatan sampai Ashar akan sulit diikuti oleh umat Islam di seluruh Indonesia karena masih berpecah belahnya umat Islam tentang aksi 212 ini. Melihat kondisi ini, lanjut Ridwan, maka efek aksi 212 yang paling mungkin terjadi adalah dipenjarakannya Basuki Tjahja Purnama.
"Jika tidak, maka akan bisa memancing aksi suprarasional lanjutan yang lebih besar dan masif di seluruh Indonesia," kata Ridwan.