Selasa 15 Nov 2016 08:32 WIB

Negara-Negara Islam Soroti Masalah Pengelolaan Limbah Vaksin

Rep: Adysha Citra R/ Red: Andi Nur Aminah
Para peserta berfoto bersama pada pembukaan Workshop Manajemen Vaksin Negara Islam, di Bio Farma, Kota Bandung, Selasa (15/11).
Foto: Republika/Edi Yusuf
Para peserta berfoto bersama pada pembukaan Workshop Manajemen Vaksin Negara Islam, di Bio Farma, Kota Bandung, Selasa (15/11).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Isu pengelolaan limbah menjadi topik yang penting dalam workshop Manajemen Industri Vaksin Negara Islam yang diselenggarakan di Bio Farma Bandung, hingga Jumat (18/11). Pengelolaan limbah ini meliputi limbah cair, padat, bahan berbahaya dan beracun (B3) serta emisi yang berasal dari sumber tidak bergerak sebagai sisa hasil kegiatan seluruh proses.

Dalam kesempatan tersebut, Direktur Produksi Bio Farma Juliman turut berbagi pengalaman dengan negara-negara Islam anggota Vaccine Manufacturers Group (VMG) terkait pengelolaan limbah vaksin. Juliman mengatakan Bio Farma selalu mengutamakan aspek keamanan tinggi dalam pengelolaan limbah.

"Kami menerapkan empat strategi dalam mengendalikan pencemaran dan meminimalisasi limbah melalui reduce, reuse, recycle dan recovery atas manfaat dari suatu limbah berbahaya maupun tidak berbahaya," jelas Juliman saat ditemui dalam pertemuan ketiga VMG Negara Islam di Gedung Heritage Bio Farma, Selasa (15/11).

Juliman mencontohkan, dalam mengelola limbah cair hasil produksi, Bio Farma melakukan disinfeksi melalui sistem killing tank atau otoklaf. Hasil disinfeksi ini kemudian dialirkan ke IPAL yang selalu terpantau dan terukur secara periodik.

Sedangkan pengelolaan limbah padat seperti kemasan yang meliputi vial, ampul, alat suntik sekali pakai, dus, juga label dikemas dalam kantong plastik cenderung berbeda. Juliman mengatakan pengelolaan limbah-limbah padat ini dilakukan dengan cara dibakar pada mesin insinerator.

Juliman juga menjelaskan pengelolaan limbah organik berupa kertas, kaleng dan plastik dilakukan dengan cara pengelompokan warna tempat sampah sesuai jenis limbah tersebut. Setelahnya, limbah organik tersebut disalurkan ke pihak lain untuk dimanfaatkan.

"Kami telah meraih PROPER Emas secara berturut-turut dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, salah satunya karena kami sangat concern terhadap pengelolaan limbah produksi vaksin," ujar Juliman.

(Baca Juga: Bio Farma Jadi Kiblat Pembuatan Vaksin Negara-Negara Islam)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement