REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan Staf Khusus era Pemerintahan SBY Andi Arief mengungkap laporan konsultan yang diduga dibayar mantan menteri keamanan ke presiden. Laporan itu terkait demonstrasi 4 November lalu. Ia pun mengunggah ke Twitter, laporan halaman depan konsultan tersebut.
"Salah satu laporan konsultan yang dibayar mantan menteri keamanan ke Presiden, bukan laporan intelejen #amburadul," ujar Andi Arief, lewat kicauannya di Twitter, kemarin.
Menurut Andi, laporan konsultan ke presiden ditelan mentah-mentah seakan ada kepetingan Agus dan Sylvi. "Laporan konsultan juga menyebut akan ada penyusupan teroris," katanya.
Andi pun memaklumi jika Presiden Jokowi menganggap enteng aksi 411, karena saran konsultan aksi itu berhubungan dengan pilkada. Berikut hasil kesimpulan dari laporan konsultan tersebut;
- Demo 4 November sangat terkait dengan Pilkada DKI. Tujuan utamanya dalam jangka pendek adalah untuk menurunkan elektabilitas Ahok.
- Mengindikasikan adanya upaya untuk membuat komunikasi yang tidak baik dan perseteruan antara TNI-Polri.
- Presiden Jokowi tidak perlu memberikan komentar hukum tentang kasus "penistaan agama" yang dikenakan pada Ahok.
- Ada indikasi keterlibatan Cikeas.
- Sampai dengan saat ini pendukung kelompok "moderat" Islam untuk rencana 4 November masih dalam jumlah kecil. Terbesar berasal dari kelompok 'konservatif' dan "radikal". Karena itu belum terdapat tanda-tanda dini bahwa rencana demo 4 November memunculkan pergeseran dari basis pemilih Ahok.