Sabtu 05 Nov 2016 19:06 WIB

Kementerian PUPR Jadi Harapan Bangun Ulang Jembatan Penghubung Pangandaran

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Agus Yulianto
Jembatan Ciputrapinggan ambles pada Ahad, (9/10) akibat hujan deras.
Foto: Republika/Rizky Suryarandika
Jembatan Ciputrapinggan ambles pada Ahad, (9/10) akibat hujan deras.

REPUBLIKA.CO.ID, Kementerian PUPR Jadi Harapan Bangun Ulang Jembatan Penghubung Pangandaran

PANGANDARAN -- Keringat bercucur di tubuhnya. Keriput pun nampak dari wajahnya. Sedikit demi sedikit, dia mulai mengatur napasnya yang tersengal-sengal. Dia adalah Rachmad Tohari (56 tahun), seorang kuli panggul dadakan di Jembatan Ciputrapinggan, sang penghubung Desa Putrapinggan, Kecamatan Kalipucang dengan Desa Babakan, Kecamatan Pangandaran, Kabupaten Pangandaran. Akibat amblesnya jembatan pada Ahad, (9/10), akses dari dan keluar Pangandaran pun terganggu. Tak pelak, belasan kuli panggul dibutuhkan guna membawa barang dari sisi jembatan di Desa Putrapinggan menuju sisi di Desa Babakan.

Beginilah sisi lain dari sebuah bencana seperti Rachmad yang pekerjaan aslinya bukan kuli panggul, melainkan nelayan. Namun, lantaran musim paceklik ikan, dia terpaksa beralih profesi untuk menyambung hidup. Kata dia, biasanya barang yang diangkut berupa barang kebutuhan pokok atau barang penumpang bus yang turun di seberang jembatan. Hitungan angkutnya per satu karung atau tas dihargai seribu sampai lima ribu rupiah. Hasilnya lumayan, setidaknya uang senilai Rp 50 ribu - Rp 100 ribu per hari bisa dibawa pulang.

"Ini sambilan saja, kalau pagi biasanya angkut sayuran atau bahan makanan. Ya sampai sore saja sih disini, soalnya kadang ada penumpang bus yang minta dibawakan barangnya," katanya pada Republika, beberapa lalu.

Salah satu pengguna jasa kuli panggul, Sobari (45) mengaku tak masalah jika harus membayar uang tambahan agar barangnya dapat diangkut. Pengusaha toko kelontong itu memang harus menggunakan jasa kuli panggul setelah amblesnya jembatan menyulitkannya mengangkut barang dagangan. Ia pun menaruh harap bahwa perbaikan jembatan Ciputrapinggan secara permanen dapat dipercepat.

"Ini jembatan penting sekali, soalnya semuanya kalau mau ke Pangandaran pasti lewat ini, saya gimana mau jualan kalau barangnya saja susah masuk karena jembatan rusak, semoga saja cepat diperbaiki," keluhnya.

Tak hanya itu, akses pertolongan medis juga sukar diraih oleh warga Desa Babakan jika perbaikan jembatan berlangsung lamban. Hal itu sempat terpantau oleh Republika saat menyaksikan seorang perempuan sampai harus digendong agar bisa melewati jembatan. Sebab, mobil ambulance hanya bisa menunggu di ujung jembatan sisi Desa Putrapinggan.

Saat dikonfirmasi ke petugas kesehatan yang ikut serta, Ratih, menjelaskan perempuan bernama Sulastri itu mengalami masalah kandungan hingga perlu dibawa ke Rumah Sakit terdekat karena terbatasnya sarana di Puskesmas. "Ini tidak bisa ditangani di Puskemas, dia harus segera dibawa ke Rumah Sakit," tuturnya sambil terburu-buru.

Bahkan setelah hampir sebulan jembatan ambles, dampak kerusakan jembatan ikut menyentuh roda perekonomian. Harga sembako mengalami peningkatan secara bervariasi. Alasan kenaikan karena perlu biaya tambahan untuk mengangkut barang melewati jembatan. Salah satu contohnya, harga gas elpiji ukuran tiga kilogram sampai menyentuh angka Rp 25 ribu - Rp 26 ribu.

Bupati Pangandaran Jeje Wiradinata mengatakan, jembatan Ciputrapinggan memang sangat penting bagi kehidupan warga Pangandaran. Dari mulai urusan distribusi sembako, lalu lintas wisatawan ke Pangandaraan dan aktivitas warga disana amat bergantung pada jembatan Ciputrapinggan.

Dia mengatakan, tanpa jembatan yang telah dibangun pada tahun 1978 itu, wilayah Pangandaran mengalami kelumpuhan. Rute alternatif yang bisa ditempuh yaitu melalui Banjarsari atau Cikatomas. Namun jika melewati kedua rute tertentu tentu jalurnya lebih sulit karena medannya berupa dataran tinggi dan berkelok-kelok.

"Jembatan ini satu-satunya penghubung pangandaran, tidak ada alternatif lain karena rute lainnya sulit dilalui. Tanpa jembatan ini, maka akses baik dari atau ke Pangandaran itu lumpuh," tuturnya.

Menyadari pentingnya jembatan Ciputrapinggan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) tak makan waktu lama merespon kerusakan jembatan dengan memberikan rangka jembatan bailey untuk segera dibangun. Sehari setelah bencana pada (10/10), rangka jembatan bailey dari Kementerian PUPR  tiba di lokasi kejadian. Adapun proses pemasangannya menggunakan dana APBD.

Hingga sekarang, proses pembangunan masih berjalan dengan target pengerjaan selesai November ini. Meski begitu, kecepatan pengerjaan amat bergantung pada faktor kestabilan cuaca. "Dari arah Desa Putrapinggan dibangun lewat pemberian bailey dari Kementerian PUPR. Mudah-mudahan selesai bulan ini," ucapnya.

Walau akan ada jembatan bailey, namun fungsinya hanya sementara sambil menunggu perombakan jembatan Ciputrapinggan secara permanen. Sebagai penanggungjawab jalan nasional, termasuk jembatan Ciputrapinggan pihak Kementerian PUPR mengambil peran besar dalam membangun infrastruktur konektifitas supaya wilayah Pangandaran kembali terhubung.

Dirjen Bina Marga Kementerian PUPR Arie Setiadi Moerwanto mengatakan, rencana pembangunan jembatan secara permanen sudah dimasukan dalam klausul anggaran tahun 2017. Sehingga nantinya proses pembangunan bisa dimulai setelah diadakannya proses lelang proyek. "Sekarang sudah jalan penanggulangan secara darurat pakai bailey, nanti tahun 2017 dianggarkan untuk permanennya," ujarnya.

Dia megnatakan, jembatan di daerah tangkapan hujan seperti di Kecamatan Kalipucang, memang rawan mengalami kerusakan saat musim hujan. Pasalnya, hujan berintensitas tinggi berpeluang menciptakan banjir yang membawa serta material sampah. Material yang tersangkut di pondasi jembatan bisa menciptakan scoring atau penggerusan lokal. Guna mengantisipasi kejadian ambles terulang, pihaknya berencana membuat jembatan tanpa pondasi tengah.

"Kita lagi membuat desain agar bisa tanggulangi material yang dibawa sungai saat deras yaitu dengan membuat jembatan tanpa pilar tengah, sehingga  membentang saja sepanjang sekitar 60 meter," tuturnya.

Sebagai penanggungjawab jembatan di wilayah itu, Kepala Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional VI Kementerian PUPR Bambang Hartadi menjelaskan, pembangunan jembatan bailey secara sementara merupakan respon agar lalu lintas bisa kembali terhubung. Tetapi, dia mengakui, perlunya pembangunan jembatan baru secara permanen agar lalu lintas nantinya tak lagi bergantung pada bailey.

Nantinya, pihak Kementerian PUPR akan merobohkan jembatan lama sekaligus menghilangkan pondasi tengah. Pasalnya, pondasi tengah disinyalir menjadi penyebab melemahnya kekuatan jembatan akibat tertumpuk material sampah.

"Nanti di existing (bekas jembatan lama) kami bangun jembatan baru. Tentunya yang lama dirobohkan, kami pakai rangka baja karena ada stoknya," ucapnya.

Dia menjelaskan, jembatan itu mempunyai kekuatan muatan sumbu terberat (mst) sepuluh ton. Kekuatan mst sebesar itu diperlukan guna mengantisipasi lalu lintas berbagai truk atau bus bertonase tinggi. Mengenai rencana pembangunan, dia memperkirakan, setidaknya dapat dimulai pada Maret atau April tahun depan. Ia pun optimis pembangunan jembatan baru bisa diselesaikan tepat waktu.

"Tahun ini melelangkan dikerjakan untuk nanti di 2017, estimasi tanda tangan kontrak sekitar April atau Maret sekalian langsung pengerjaan. Mungkin sekitar Agustus-September sudah selesai," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement