Selasa 25 Oct 2016 18:41 WIB

Puncak Musim Hujan Sumbar Diprediksi November-Desember

Ruang pengawasan BMKG (ilustrasi)
Foto: Antara Foto
Ruang pengawasan BMKG (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, PARIAMAN -- Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Sicincin, Kabupaten Padangpariaman, Sumatera Barat, memprediksi puncak musim penghujan di provinsi itu terjadi pada November hingga Desember 2016. Masyarakat diimbau lebih meningkatkan kewaspadaan terkait dampak kondisi tersebut seperti banjir dan longsor.

"Kalau secara nasional, prediksi puncak musim penghujan itu jatuh pada Januari hingga Februari 2017," kata Kepala BMKG Sicincin, Heron Tarigan di Pariaman, Selasa (25/10).

Meskipun demikian, sebut dia perkiraan tersebut bisa saja berubah mengingat keadaan iklim dan cuaca yang tidak menentu. Oleh sebab itu pihaknya meminta dan mengimbau kepada seluruh masyarakat terutama yang berada di wilayah Pesisir Pantai Barat Sumbar, agar lebih meningkatkan kewaspadaan terkait kondisi tersebut.

"Selain masyarakat yang berdomisili di wilayah pesisir, masyarakat yang menetap di daerah pegunungan dan perbukitan juga diimbau turut waspada. Karena akibat musim penghujan dengan intensitas tinggi bahaya longsor bisa saja menimpa pemukiman," jelasnya.

Ia juga memprediksi tingkat intensitas hujan pada dua bulan tersebut, berada pada tataran normal dan di bawah normal.

Terkait perubahan cuaca yang berubah-ubah, pihaknya membenarkan fenomena La Nina turut mempengaruhi namun tidak terlalu besar terhadap curah hujan khususnya daerah Sumbar.

Menurutnya hal yang paling membawa pengaruh terhadap iklim dan intensitas hujan di wilayah Sumbar merujuk kepada dampak Dipole Mode Indeks atau perbedaan suhu permukaan laut di Pantai Barat dengan Afrika Timur.

Sebelumnya Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat, Yaminu Rizal juga telah mengimbau kepada masyarakat kota itu agar lebih waspada terhadap cuaca ekstrem kerap yang melanda daerah itu.

"Masyarakat harus lebih waspada, jika tidak terlalu memiliki kepentingan yang mendesak, sebaiknya menetap di rumah karena dikhawatirkan iklim yang berubah-ubah dapat membahayakan keselamatan," ujarnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement