REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Posisi Ketua tim pemenangan pasangan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat diserahkan kepada politikus PDI Perjuangan, Prasetio Edi Marsudi. Padahal, sebelumnya dipegang oleh politikus Golkar Nusron Wahid.
Wakil Ketua Dewan Pakar Partai Golkar Mahyudin menilai hal tersebut sebagai keputusan yang wajar. Apalagi, posisi sekretaris masih dipegang oleh Golkar TB Ace Hasan Syadzily.
"Saya kira hal yang wajar. Saya lihat posisi sekretarisnya Golkar, ketuanya PDIP. Yang namanya koalisi beberapa partai kan pasti tim suksesnya gabungan dari semua partai pengusung," ucap Mahyudin, di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (5/10).
Menurutnya, Golkar sadar diri bahwa mereka hanya memiliki 10 kursi di DPRD DKI Jakarta, sementara PDIP mempunyai 28 kursi. Sehingga, walaupun tak berkoalisi, partai berlambang kepala banteng tersebut bisa mengusung calonnya sendiri.
"PDIP sebagai partai yang paling besar dan paling banyak kursi di DPRD, wajarlah mereka pengusung utama," katanya.
Mahyudin yang juga Wakil Ketua MPR itu menilai, sosok Prasetio mampu memenangkan pasangan Ahok-Djarot. Apalagi, Prasetio tidak bekerja seorang diri melainkan bersama-sama tim yang telah dibentuk.
"Ini kan tim, jadi kerjanya kerja tim. Walaupun Golkar tidak menjadi ketua tim, tapi akan bekerja secara terorganisir dengan baik bersama seluruh partai pengusung Ahok," ujarnya.
Ia juga tidak mempermasalahkan Nusron Wahid yang namanya tak masuk dalam tim pemenangan. Sebab, Nusron sibuk sebaai ketua BNP2TKI, sehingga tidak punya cukup waktu untuk mengurusi Pilkada.
"Saya kira komposisi yang ada sekarang cukup bagus," tuturnya.