REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mohammad Achadi, salah satu menteri pada kabinet masa Orde Lama, menegaskan urgensi kejadian G30S PKI. Meski saat ini ingatan para pelajar tersebut sudah mulai luntur.
"Untuk menafsirkan G-30-S kita harus berpegang kepada dalil bahwa sejarah adalah keberlanjutan," katanya saat menerima kunjungan sejumlah wartawan Republika.
Pada medio 1964 atau setahun sebelum peristiwa G-30-S terjadi, Presiden Sukarno mengangkat pria kelahiran Kutoarjo, 84 tahun silam, itu menjadi menteri transmigrasi dan koperasi Kabinet Dwikora I dan II. Sejak itu, Achadi masuk dalam lingkaran orang kepercayaan Bung Karno.
Bagi Achadi, pertistiwa 30 September bukan hanya tentang penculikan dan pembunuhan tujuh orang jenderal dan tiga perwira menengah Angkatan Darat. Peristiwa G-30-S merupakan narasi panjang tentang arus balik pembentukan sejarah Indonesia.
"Kata Bung Karno, G-30-S membuat revolusi Indonesia mundur 20 tahun ke belakang. Seperti tahun 1945," ujar Achadi. Sejak 30 September 1965, menurutnya, revolusi Indonesia menentang neokolonialisme dan neoimperialisme berhenti total.
Sedangkan, pihak TNI AD di sejumlah daerah juga menjaga ingatan soal gerakan 30 September 1965 dengan menyelenggarakan nobar (nonton bareng) film "Pengkhianatan G-30-S/PKI". Film tersebut diproduksi atas restu pemerintahan Orde Baru.
Di Palembang, acara tersebut digelar di markas Korem 044/ Gadpo yang terletak di Jalan Kolonel Burlian. "Nonton bareng film Pengkhianatan G-30-S PKI untuk seluruh anggota TNI, PNS di lingkungan TNI, dan keluarga besar TNI serta masyarakat," kata Kepala Penerangan Korem 044/Gapo Mayor Inf Dedi Sugiri, kemarin.
Dedi Sugiri mengatakan, tak hanya di Palembang, menjelang puncak HUT TNI pada 5 Oktober nanti, seluruh jajaran korem dan kodim akan memutar film yang disutradari Arifin C Noer itu. "Pemutaran dan nonton bareng film Pengkhianatan G-30-S PKI bisa dilakukan di Balai Prajurit atau Balai Desa," ujar dia. Ia menduga, ada sejumlah pihak yang berusaha memengaruhi generasi muda dengan memutarbalikkan fakta sejarah tentang peristiwa 30 September.
(Baca Juga: Lunturnya Ingatan Kekejaman PKI dari Benak Pelajar Indonesia)