Sabtu 06 Aug 2016 04:11 WIB

ICMI: Umat Islam Harus Jaga Keutuhan Indonesia

Rep: Idealisa Masyafarina/ Red: Yudha Manggala P Putra
Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral berdampingan di Jakarta.
Foto: Republika/Ali Said
Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral berdampingan di Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) menegaskan sikapnya terkait konflik yang terjadi di Tanjung Balai baru-baru ini. ICMI mengajak umat Islam di Indonesia agar berupaya keras menjaga keutuhan Indonesia dan tidak terpecah belah akibat isu gesekan antaragama.

"Sikap toleransi beragama dalam kehidupan bangsa dan negara sangat diperlukan karena itu adalah sebuah keniscayaan yang membentuk Indonesia menjadi satu negara yang utuh yang harus tetap dipelihara," kata Sekretaris Jenderal ICMI Dr. Muhammad Jafar Hafsah di Jakarta, Jumat (5/8).

Menurut Jafar, kerusuhan rasial yang terjadi di Tanjung Balai, Asahan, Sumatera Utara, disinyalir sebagai ulah oknum yang ingin terjadi gesekan antaragama di Indonesia. "Banyak pihak yang tak senang dengan terjadinya kerukunan antarumat beragama di Indonesia. Dengan berbagai cara salah satunya isu gesekan antaragama selalu diembuskan agar terjadi konflik antar beragama, antaradat, dan antar komponen di Indonesia," kata Jafar Hafsah.

Ia pun mengharapkan agar setiap masyarakat bisa benar-benar memantapkan toleransi beragamanya. "Yang mayoritas harus mengerti bahwa ada minoritas yang harus dilindungi, tetapi minoritas itu juga harus sungguh-sungguh memahami dasar suatu agama dan menghormatinya," tegas Jafar.

Terkait dengan masalah di Tanjung Balai, Jafar pun meminta pihak kepolisian agar sungguh-sungguh dalam memahami akar permasalahan di Tanjung Balai dan dapat bersifat adil. "Jika yang melakukan melanggar tindakan pidana berupa merusak dan lain-lain itu memang berlaku hukum umum. Tetapi semuanya itu dilakukan dengan sebijaksana mungkin, jangan sampai memicu perselisihan baru," kata dia.

Ia pun meminta media untuk proporsional dan adil dalam memberikan pemberitaan. "Jangan justru tambah memicu. Gunanya media itu menenangkan...menjinakan yang liar," ujar dia.

Di sisi lain, masyarakat juga diharap bisa menyaring informasi dan tak mudah terpancing dengan kabar yang beredar, terutama melalui media sosial. "Jangan terpengaruh dan jangan terpancing dan harus mencerna informasi secara proposional juga. Karena yang rugi adalah rakyat, sebab segala perselisihan dan gesekan itu akibatnya adalah menimbulkan luka, baik luka di hati dan fisik yang bisa memunculkan dendam kesumat yang bisa meledak suatu saat," tambahnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement