Selasa 26 Jul 2016 14:56 WIB

Majalah Sastra Horison Mulai Berhenti Naik Cetak

Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Bilal Ramadhan
Taufiq Ismail
Foto: Republika
Taufiq Ismail

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Siapa yang tak kenal majalah sastra Horison? Khususnya bagi pencinta atau pemerhati kesenian, keberadaan media tersebut dinilai salah satu tolok ukur perkembangan dan pertumbuhan sastra Indonesia.

Namun, memasuki usianya yang setengah abad, Horison akhirnya tak lagi menerbitkan edisi cetaknya. Hal itu disampaikan Redaktur Senior majalah sastra Horison Taufiq Ismail, di Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Penyair kenamaan itu menjelaskan, Horison akan sepenuhnya bermigrasi ke platform daring (online) sejak hari ini.

"Seirama dengan perkembangan teknologi masa kini, maka Horison cetak beralih ke online mulai hari ini. Biaya untuk penerbitan cetak itu cukup besar. Tapi, kalau dijadikan online, biaya tak sedemikian besar," kata Taufiq Ismail di hadapan sekitar 300 peserta acara peringatan 50 Tahun Majalah Sastra Horison, di TIM, Cikini, Jakarta, Selasa (26/7).

Taufiq menambahkan, Horison Online sudah dipersiapkan sejak 2010 oleh tokoh akademisi sastra Melayu, almarhum Prof Amin Sweeney. Lamannya akan beralamat di www.horison-online.com.

Selain Taufiq Ismail dan akademisi senior Arief Budiman, para pendiri majalah sastra Horison yakni jurnalis kawakan Mochtar Lubis, pelukis Zaini, dan tokoh pers nasional PK Ojong. Tiga orang yang disebut terakhir sudah wafat.

Menurut Taufiq, perjuangan untuk rutin menerbitkan majalah sastra bulanan bukanlah upaya yang mudah. Selama 50 tahun belakangan ini, tutur dia, semua pihak, baik individu maupun korporasi yang mencintai sastra Indonesia tidak putus-putusnya membantu Horison.

"Saya sebagai salah satu pendiri Horison luar biasa terharu. Rasa terima kasih kami kepada Anda sekalian. Terima kasih. Terima kasih. Semoga Allah membalas budi baik Anda sekalian. Amin," ucapnya.

Acara ini dihadiri para tokoh nasional, antara lain mantan menteri Emil Salim dan Wardiman Djojonegoro serta Wakil Ketua DPR Fadli Zon. Sejumlah seniman juga turut hadir, seperti Emha Ainun Nadjib, Ahmad Tohari, Danarto, Toeti Herati, dan Ajip Rosidi.

"Alhamdulillah. Ini adalah majalah sastra yang boleh dikatakan satu-satunya di Indonesia yang masih bisa bertahan 50 tahun. Di dalam tataran dunia, Horison termasuk majalah sastra yang senior," ucap Taufiq Ismail.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement