Senin 18 Jul 2016 17:58 WIB

RS Harapan Bunda Dinilai tak Serius Selesaikan Kasus Vaksin Palsu

Rep: Ahmad Islamy Jamil/ Red: Andi Nur Aminah
Sejumlah orang tua dari anak korban vaksin palsu beradu argumen dengan pegawai Rumah Sakit Harapan Bunda untuk meminta kejelasan tentang anaknya yang diduga mendapat vaksin palsu dari rumah sakit tersebut di Jakarta, Jumat (15/7).
Foto: Republika/ Raisan Al Farisi
Sejumlah orang tua dari anak korban vaksin palsu beradu argumen dengan pegawai Rumah Sakit Harapan Bunda untuk meminta kejelasan tentang anaknya yang diduga mendapat vaksin palsu dari rumah sakit tersebut di Jakarta, Jumat (15/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Puluhan orang tua korban vaksin palsu di Rumah Sakit (RS) Harapan Bunda, Jakarta Timur, menyesalkan sikap tidak kooperatif dari manajemen RS tersebut. Mereka menilai, pengelola RS tersebut tidak transparan dalam mengakomodasi kepentingan para korban yang dirugikan oleh kasus.

"Kami tidak melihat keseriusan dari manajemen RS Harapan Bunda untuk membuka informasi terkait mekanisme vaksinasi ulang dan penjelasan lainnya terhadap para korban," ujar salah satu perwakilan keluarga pasien korban vaksin palsu di RS Harapan Bunda, August Octavianus Siregar, Senin (18/7).

Berdasarkan data sementara dari Kementerian Kesehatan, saat ini sudah ada 44 nama pasien yang teridentifikasi mendapat vaksin palsu di RS Harapan Bunda. Pemerintah pun berjanji akan memberikan vaksin ulang kepada para pasien itu dalam waktu dekat.

Akan tetapi, keputusan tersebut disayangkan oleh para orang tua yang anaknya pernah divaksinasi di RS Harapan Bunda, namun tidak disebutkan dalam daftar 44 nama pasien yang dirilis Kemenkes tersebut. Menurut mereka, pemerintah tidak bisa menjamin bahwa para pasien di luar 44 orang itu benar-benar mendapatkan vaksin yang asli dari pihak RS.

Sejauh ini, August mengatakan penyebaran vaksin palsu di RS Harapan Bunda hanya diduga terjadi pada pasien yang melakukan pembayaran secara pribadi kepada suster di RS itu, bukan melalui kasir resmi RS. "Sementara, kami menemukan fakta bahwa terdapat pasien yang melakukan pembayaran vaksin di kasir resmi RS Harapan Bunda. Tapi ternyata tetap saja menerima vaksin palsu. Hal itu dikonfirmasi sendiri oleh temuan Bareskrim Polri," ucap August.

Menurut August, fakta tersebut sekaligus menandakan bahwa distribusi vaksin palsu di RS itu tidak hanya dilakukan oleh oknum pegawai setempat. "Melainkan juga melibatkan RS Harapan Bunda sebagai satu institusi," kata August lagi.

Manajemen RS Harapan Bunda sebelumnya berjanji akan memberi vaksin ulang kerpada para pasiennya yang terindikasi menerima vaksin palsu dari Maret-Juni 2016. Namun, pemberian vaksin ulang itu bukan tanpa syarat.

"Rumah Sakit Harapan Bunda menjamin akan memberi vaksin ulang kepada pasien yang divaksinasi pada Maret-Juni 2016, selama pembayarannya dilakukan di kasir resmi rumah sakit, bukan ke dokter atau perawatnya langsung," ujar Ketua Komite Medis RS Harapan Bunda, Dokter Seto Hanggororo, di Jakarta, Jumat (15/7).

Ia menjamin, pasien RS Harapan Bunda yang divaksinasi di luar periode Maret-Juni 2016 dan membayar di kasir resmi rumah sakit, menerima vaksin asli, bukan vaksin abal-abal.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement