Rabu 13 Jul 2016 14:12 WIB

PDIP Minta Ahok Hentikan Penggusuran yang tidak Manusiawi

Rep: Agus Raharjo/ Red: Ilham
Petugas dengan bantuan alat berat merobohkan bangunan rumah saat dilakukan penggusuran puluhan rumah di kawasan Kebonharjo, Semarang, Jateng, Kamis (19/5). (Antara/R. Rekotomo)
Petugas dengan bantuan alat berat merobohkan bangunan rumah saat dilakukan penggusuran puluhan rumah di kawasan Kebonharjo, Semarang, Jateng, Kamis (19/5). (Antara/R. Rekotomo)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Arteria Dahlan meminta agar Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menghentikan penggusuran permukiman warga. Menurutnya, penggusuran yang dilakukan Ahok selama ini selalu berujung ricuh.

"Saran saya Pak Ahok harus lebih bijaksana, kejadian penggusuran demi penggusuran yang selalu berujung ricuh ini harus dihentikan, jangan sampai terulang," kata Arteria di kompleks parlemen Senayan, Rabu (13/7).

Menurut anggota Komisi II DPR RI ini, rakyat Jakarta bukan diam selama penggusuran. Mereka lebih terlihat mencari dan menunggu momentum untuk melakukan perlawanan. Kondisi itu dinilai justru sangat berbahaya.

Arteria menghormati sikap Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk menertibkan hunian di bantaran Sungai Ciliwung, khususnya warga Bukit Duri. Namun, penertiban itu harus dilakukan secara santun, bijaksana, dan memerlakukan warga layaknya sebagai manusia.

‎Menurut Arteria, berbicara pengusuran bukan sekadar menyoal hukum semata yang memandang benar dan salah, hak dan tidak berhak. Bicara soal penggusuran adalah bicara tentang hidup dan kehidupan. Jadi, tidak bisa jadi konsumsi kebijakan dan sosialisasi tahunan.

"Seyogyanya kita sosialisasikan untuk 5 atau 10 tahun ke depan, jadi mereka (warga) prepare, dan kalau masih mangkal juga ya apa boleh buat, tapi kalau ini kan lain, dengan seketika orang disuruh pindah dari hidup dan kehidupannya," ujar dia.

‎Terlebih, imbuh dia, kompensasi dari penggusuran warga di Bukit Duri adalah rusunawa di Rawabebek yang lokasinya sangat jauh dari tempat semula, budayanya pun berbeda.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement