REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo mengatakan TNI melakukan operasi intelijen untuk memantau keadaan WNI yang disandera di Filipina selatan.
"Saya lakukan operasi intelijen, tujuannya untuk mempersiapkan segala kemungkinan. Begitu kita diizinkan Filipina, kita masuk. Apa pun kita lakukan dan siap," kata Gatot ditemui di halaman Istana Negara, Jakarta pada Senin siang (11/7).
Sebelumnya pada Ahad (10/7) telah terjadi penculikan tiga dari tujuh anak buah kapal ikan asal Malaysia di perairan Lahad Datu Negeri Sabah, Malaysia. Menurut keterangan majikan kapal, Chia Tong Len, para penculik memilih target warga yang akan disandera.
Baca: TNI Bertekad Lakukan Apa pun demi Selamatkan WNI
Tiga nama WNI yang diculik yaitu Lorence Koten (34 tahun) selaku juragan kapal, Teodorus Kopong (42) dan Emanuel (40).
Panglima TNI menjelaskan para ABK yang memiliki paspor asal Indonesia dipilih menjadi sandera oleh para penculik yang diduga merupakan anggota gerakan separatis Abu Sayyaf.
"Suasana yang sangat saya sesalkan adalah mereka memilih, di dalam kapal nelayan itu ada tujuh. Dicek semuanya yang punya paspor Indonesia, ini yang diculik," jelas jenderal berbintang empat itu.
Gatot mengatakan TNI akan melakukan upaya apa pun untuk membebaskan WNI yang disandera. "Sampai masuk ke sana pun akan saya lakukan apabila sudah ada izin. Karena ini sudah sangat keterlaluan," kata Panglima.
Pemerintah Indonesia hingga saat ini masih menunggu izin dari pemerintah Filipina untuk ke masuk ke perairan guna melakukan operasi pembebasan. Selain itu, TNI juga menawarkan opsi pengawalan kepada kapal-kapal yang membawa produk komoditas baik dari RI maupun dari Filipina guna mencegah penyanderaan kembali terjadi.
"Atau kita patroli bersama. Yang penting TNI bisa naik di kapal untuk masuk ke sana, untuk mengawal. Kita sudah menawarkan semuanya, tapi kan keputusannya di Filipina," kata Gatot.