Kamis 16 Jun 2016 08:22 WIB

Jabar Targetkan Jarak Tempuh Bandung-Pangandaran 2 jam

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Ilham
Jalan Tol (ilustrasi)
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Jalan Tol (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Rencana pembangunan Jalan Tol Cileunyi-Garut-Tasikmalaya (Cigatas) mulai terealisasi. Pembangunan jalan bebas hambatan ini rencananya akan disambungkan hingga Ciamis, Banjar, dan Pangandaran.

Menurut Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat Iwa Karniwa, jika sudah terbangun, jarak tempuh Bandung-Banjar hanya akan memakan waktu sekitar 60 menit. Bahkan, jika jalan tol ini jadi disambungkan ke Pangandaran, jarak tempuh Bandung-Pangandaran hanya sekitar dua jam.

"Saat ini, sedang dilakukan feasibility study (FS) pembangunan Jalan Tol Cigatas tersebut," ujar Iwa kepada wartawan, Rabu (16/6) malam.

Iwa berharap, FS yang menggunakan dana APBD Provinsi Jabar ini akan tuntas pada bulan depan. Selanjutnya, akan dimasukan ke dalam Program Pembangunan Jalan Tol Proyek Strategis Nasional.

Saat ini, kata dia, pihaknya terus berkoordinasi baik dengan pemerintah pusat maupun kabupaten/kota. Upaya sinkronisasi ini dilakukan untuk percepatan pembangunan jalan tol tersebut.

Berkaca pada pembangunan jalan tol sebelumnya, menurut Iwa, berbagai persoalan yang memakan waktu sering terjadi karena tidak maksimalnya sinkronisasi antar pihak terkait itu. Sesuai arahan presiden, harus ada harmonisasi antara pusat, provinsi, dan kabupaten/kota. "Kami melakukan koordinasi lanjutan untuk mempercepat proses, baik pelaksanaan FS maupun konstruksi," ujar Iwa.

Iwa mengatakan, saat ini terdapat tiga alternatif trase pembangunan jalan tol yang menghubungkan Kota Bandung dengan Banjar sejauh 100 kilometer itu. Trase pertama yakni Gedebage-Majalaya-Nagreg-Limbangan-Cibatu-Malangbong-Rajapolah-Tasikmalaya-Ciamis-Banjar.

Kedua, kata dia, adalah Gedebage-Majalaya-Nagreg-Limbangan-Cibatu-Garut-Singaparna-Tasikmalaya-Ciamis-Banjar. "Ketiga Gedebage-Majalaya-Nagreg-Limbangan-Garut-Tasikmalaya-Ciamis-Banjar," katanya.

Masing-masing trase tersebut, kata dia, memiliki kekurangan dan kelebihan mengingat kondisi alam yang berbeda. Trase pertama kondisi tanahnya berbukit, tidak rawan longsor, dan tidak memotong sawah.

Trase kedua, kata Iwa, memiliki kontur tanah berbukit, tidak rawan longsor, tapi memotong sawah sehingga terdapat kondisi tanah yang lunak. "Kalau trase ketiga tanahnya berbukit, rawan longsor, tapi tidak memotong persawahan," katanya.

Melihat kondisi itu, Iwa menduga trase pertama akan menjadi pilihan untuk pembangunan jalan tol tersebut. Selain memiliki kondisi lingkungan yang baik, pembangunan trase pertama pun akan membutuhkan biaya paling sedikit.

Rekapitulasi pembiayaannya untuk alternatif pertama biaya keseluruhannya Rp 5,14 triliun. Alternatif trase kedua Rp 5,374 triliun, dan ketiga Rp 5,86 triliun.

 

Untuk pembiayaannya, kata dia, pemerintah pusat melalui APBN akan bertanggung jawab untuk pembebasan lahan. Sementara pembangunan fisiknya akan diserahkan ke investor melalui lelang investasi.

Saat ini, menurut Iwa, terdapat investor asal Malaysia dan Korea yang sudah menyatakan ketertarikannya. Selain membiayai FS, Pemprov hanya membantu fasilitasi, percepatan, dan koordinasi apabila ada masalah.

"Pembangunan jalan tol ini sudah masuk ke dalam rencana tata ruang dan wilayah provinsi dan setiap kabupaten/kota yang terlintas," katanya.

Meski begitu, Iwa belum mau memprediksi kapan pembangunannya akan selesai. Namun, Iwa menargetkan proses pembebasan tanah dimulai pada 2017 mendatang. "Insya Allah ini cepat. Karena dari perencanaan hingga FS ini hanya setahun. Semoga ke depannya bisa cepat juga, mohon doanya," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement