REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Presiden RI Ke-5 Megawati Soekarnoputri mengingatkan warga Nahdiyin dan kaum nasionalis agar selalu bersatu menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan Pancasila.
"Saya jadi teringat pesan Gus Dur yang meminta jangan sampai pecah, sebab kalau pecah maka negara ini akan rusak," ujarnya saat menghadiri Apel Besar Hari Lahir Ke-93 Nahdatul Ulama di Taman Candrawilwatikta Pandaan, Pasuruan, Jawa Timur, Sabtu malam (30/4).
Ketua Umum DPP PDI Perjuangan itu mengakui amanat Gus Dur tersebut harus selalu dilaksanakan dan dilestarikan, mengingat ancaman terhadap NKRI serta Pancasila semakin meningkat, baik menyangkut idealisme atau paham berbangsa dan bernegara maupun radikalisme, terorisme hingga narkoba.
"Mari bersatu dengan perekat Pancasila untuk menjaga NKRI yang kita cintai ini," kata putri kandung Presiden RI pertama Soekarno tersebut. Ia bercerita sejak kecil kerap bertanya kepada bapaknya usai melihat seseorang menggunakan sarung dan bersorban bertamu kemudian berdiskusi cukup lama.
"Kata Bapak, mereka itu kiai yang tugasnya menjaga rumah bangsa secara agama," katanya mengenang.
Di sisi lain, ia juga merasa terhormat diundang pada Harlah Ke-93 NU dan berterima kasih karena tanggal 1 Juni diusulkan NU sebagai Hari Lahir Pancasila. "Semoga pemerintah bisa segera menetapkan. NU kan sudah saya perjuangkan punya Hari Santri 22 Oktober, sekarang gantian NU perjuangkan 1 Juni sebagai Hari Lahir Pancasila," katanya.
Sementara itu, Harlah NU bertemakan "Meneguhkan Pancasila, Mengibarkan Merah Putih" tersebut dihadiri sekitar 10 ribu orang dari berbagai kalangan, seperti kader NU dan badan otonom, kader PDIP, serta masyarakat umum. Hadir memimpin Harlah adalah Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj, Wakil Rois Aam PBNU KH Miftahul Akhyar, Ketua PBNU Saifullah Yusuf, Pangdam V/Brawijaya Mayjen TNI Sumardi, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, serta sejumlah anggota DPR RI asal FPDIP.
Saifullah Yusuf yang juga komandan apel besar mengatakan, sasaran besar kali ini adalah adalah usulan mengukuhkan dan menetapkan 1 Juni 1945 sebagai Hari Lahir Pancasila, sesuai yang dicetuskan Soekarno. "NU sudah melakukan kajian akademik menentukan 1 Juni sebagai Hari Lahir Pancasila dan akan diusulkan kepada pemerintah," kata Gus Ipul, sapaan akrabnya.
Menurut dia, saat ini hanya ada Hari Kesaktian Pancasila, sedangkan hari lahirnya belum ada sehingga kajian dan naskah akademik yang sudah dilakukan NU dinilainya sangat tepat. Dalam naskah akademik, kata dia, di antaranya NU berpendapat bahwa pidato Soekarno pada 1 Juni 1945 adalah fakta sejarah yang tak dapat disangkal, dan Soekarno adalah penggali Pancasila.
"Agar momentum kesejarahan itu tidak hilang maka 1 Juni harus menjadi Hari Kelahiran Pancasila," katanya.