REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejarawan Jazir ASP mengatakan, Kartini suatu ketika diajak bapaknya untuk keluar jalan-jalan melihat dunia luar.
Kartini merasa asing dan terkejut ketika diajak keluar dan melihat penderitaan rakyatnya di Kabupaten Jepara.
"Dia merasa prihatin dan sedih saat bertemu dengan anak berusia enam tahun berjualan rumput, bahkan anak itu tak kelihatan seolah-olah hanya terdapat dua onggok rumput," katanya, Kamis, (21/4).
Kartini menyapa anak kecil penjual rumput itu. Rupanya anak itu belum makan dan hanya makan satu kali dalam sehari.
Untuk sarapan, terang Jazir, penjual rumput tersebut hanya makan kue aren seharga 5 sen. Kemudian Kartini merasa sedih sebab ia makan 3 kali sehari di mana banyak orang di luar kala itu hanya makan satu kali sehari.
Dalam suratnya kepada sahabatnya, Kartini merasa malu pada angkara murkanya. Dia terus berpikir bagaimana agar rakyat jelata bisa terbebas dari kemiskinan.
Kartini berpikir ini semua akibat penjajahan. Makanya Kartini bertekad untuk membebaskan masyarakat dan perempuan dari buta huruf, memberinya pendidikan guna memperbaiki ekonominya.