REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah seorang nelayan dari Kawasan Pasar Ikan atau Kampung Aquarium, RW4, Penjaringan, Jakarta Utara, Ahmad Jamal (63 tahun) mengatakan ketidaksetujuannya terhadap reklamasi di pulau D dan G yang terus dilanjutkan. Meskipun dirinya jarang untuk pergi melaut, ia sangat menyayangkan reklamasi yang dilakukan pemerintah DKI .
"Itu bukan untuk kepentingan rakyat, namun penguasa," kata dia, Rabu (20/4).
Jamal mengatakan, sebab pengembang di pulau reklamasi tidak melakukan kompromi sama sekali dengan para nelayan. Seperti jika ada pendemo yang menyambangi salah satu pulau reklamasi, tidak ada perwakilan untuk menemui nelayan atau bahkan menghentikan sementara proyek tersebut.
Dia mengaku saat demonstrasi ribuan nelayan di pulau reklamasi dirinya memang tidak mengetahui. Hal tersebut karena perahunya digunakan untuk menaruh sejumlah barang dari rumahnya. Namun dia menekankan turut merasakan nasib nelayan di Teluk Jakarta.
Sementara itu, terdapat sekitar 40-an perahu nelayan yang berada di pinggiran Dermaga Luar Batang. Mereka berada di sini untuk menunggu hingga adanya kompensasi dari pemerintah provinsi (pemprov) DKI Jakarta. "Rumah kita sudah dihancurkan, masa diusir kayak sampah," tegas Jamal.
Jamal sudah 25 tahun tinggal di Kawasan Pasar Ikan RW4/RT1, Penjaringan, Jakarta Utara. Terhitung sejak surat peringatan (SP) 2 dirinya tidak dapat melaut. Sedangkan untuk makan sehari-hari usai pembongkaran para warga mengandalkan bantuan dari aktivis.
Dia menambahkan jika ditempatkan di rusun Marunda, dia mengaku tidak akan dapat membayar uang sewa. Karena ketika memiliki rumah sendiri hidup terasa sulit. Apalagi sekarang tidak memiliki rumah dan harus membayar uang kontrakan rusun.