REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Produksi sampah di Kota Sukabumi, Jawa Barat setiap harinya mencapai 120 ton. Mayoritas ratusan ton sampah itu berasal dari sampah rumah tangga.
"Dari produksi sampah itu yang mampu terkelola atau didaur ulang baru sebagian kecil yaitu sembilan ton," kata Wakil Wali Kota Sukabumi, Achmad Fahmi di Sukabumi, Sabtu (12/3).
Dikatakan sampah selalu menjadi permasalah utama di Kota Sukabumi, apalagi daya tampung tempat pembuangan sampah akhir (TPSA) hanya bisa menampung beberapa tahun ke depan. Namun, saat ini sudah ada sebagian warga yang mulai memanfaatkan sampah seperti membuat bank sampah maupun melakukan daur ulang.
Selain itu, Pemkot Sukabumi juga membuat terobosan seperti membuat lubang biopori di semua tingkat rukun warga yang berfunsi untuk menampung sampah-sampah rumah tangga di luar plastik. Namun tetap saja yang menjadi kendala adalah sampah plastik yang sulit diurai oleh tanah, terkecuali sampah organik yang jika dimasukan ke lobang biopori tersebut bisa menjadi pupuk dan menyuburkan tanah, ujarnya.
"Fungsi lubang biopori ini adalah untuk penyerapan air, sehingga ketika kemarau diharapkan tidak kekurangan air. Tapi tetap tidak semua sampah yang bisa ditampung di lobang biopori ini maka perlu dipilah terlebih dahulu oleh warga," ucap dia.
Fahmi mengatakan sampah merupakan persoalan yang hampir ada di semua daerah, tapi Pemkot Sukabumi menargetkan pada 2020 mendatang wilayahnya bisa bebas dari persoalan sampah khususnya sampah plastik. Maka dari itu, Pemkot Sukabumi juga mengajak bekerjasama dengan seluruh masyarakat untuk mengurangi sampah khususnya sampah plastik.
"Karena sampah tahun lalu, kita tidak bisa mendapatkan Piala Adipura yang salah satu faktornya kesadaran dari masyarakat yang belum tinggi, diharapkan masyarakat ke depannya masyarakat bisa lebih peduli lagi," katanya.