Selasa 16 Feb 2016 14:48 WIB

Kalijodo, Surga Penodongan Hingga Perkelahian

Rep: Lintar Satria/ Red: Achmad Syalaby
Penataan Ulang Kalijodo. Aktivitas di Kawasan Kalijodo saat siang hari, Jakarta, Kamis (11/2).
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Penataan Ulang Kalijodo. Aktivitas di Kawasan Kalijodo saat siang hari, Jakarta, Kamis (11/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Sudah sejak lama Kalijodo menjadi salah satu tempat rawan kejahatan di Jakarta. Berbagai peristiwa kriminal, seperti tawuran, penodongan, perkelahian, sampai pembunuhan terjadi di Kalijodo.

Salah seorang Geografer Prancis Jerome Taide meneliti berbagai wilayah yang rawan kekerasan di Jakarta. Jerome adalah salah seorang peneliti di Ecole Normale Superieru, sekolah tinggi ilmu sosial paling bergengsi di dunia. 

Ia menulis Kalijodo salah satu wilayah yang rawan tindak kejahatan, salah satunya penodongan. Karena, kepindahan terminal bus dari Lapangan Banteng ke Senen, penodongan menyebar ke Pasar Baru dan Kalijodo. 

"Penodongan sering terjadi di kota dan menyebar ke daerah sekitarnya, mulai dari Mangga Besar sampai ke Jembatan Besi, lewat Jalan Mansyur dan menyentuh lokalisasi informal pelacuran yang sudah ada sejak zaman Belanda, yaitu Kalijodo," tulis Jerome dalam bukunya, Le Territoires De La Violence a Jakarta, atau Wilayah Kekerasan di Jakarta, Selasa (16/2).

Ia juga mencatat, pada 1995, penodongan meningkat di Jakarta. Jerome menulis, secara sistematis, penodongan terjadi di perempatan lampu lalu lintas. Lampu lalu lintas yang dekat kompleks pelacuran Kalijodo menjadi salah satu perempatan yang tidak aman.

Kalijodo juga tempat perselisihan antargeng. Pada tahun 70-an, banyak perselisihan yang terjadi di perempatan, seperti perkelahian di bar atau tawuran antarkelompok. (Baca: Kalijodo dalam Novel Film Hingga Puisi).

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement