REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di setiap Hari Raya Idul Fitri, Eks warga Kalijodo bernama Ningsih (42 tahun) yang kini menghuni Rusunawa Pulo Gebang, Jakarta Timur mengaku akan memaafkan semua orang. Namun, kali ini maaf itu tidak untuk Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).
Hal ini karena, empat bulan lalu tepatnya pada 29 Februari 2016, Ahok dengan 5.000 pasukan pengamannya telah memindahkan paksa dirinya ke Rusunawa Pulo Gebang, tanpa sepeser pun ada penggantian untung atas rumah yang tempati.
"Kita diusir-usirin nggak ada ganti rugi, kayak kucing ditendangin aja," ujar Ningsih kepada Republika.co.id di Rusunawa Pulo Gebang, Jakarta Timur, Kamis (7/7).
Bukan hanya masalah tempat tinggal, Ningsih mengatakan bahwa dirinya juga telah dihilangkan mata pencahariannya."Saya dagang di Kalijodo, dipaksa kemari nggak disediain apa-apa," jelas dia.
Hal senada juga disampaikan eks warga Kalijodo lainnya, Musijah (65 tahun). Ia mengatakan bahwa janji-janji Ahok untuk menyediakan tempat usaha bagi warga Kalijodo sampai saat ini tidak ditemukan faktanya. "Katanya mau ada unit-unit usaha tapi sampai empat bulan nggak keliahatan," ujar dia.
Selama ini, guna mencukupi kebutuhan hariannya ia menjual segala macam benda. "Apa aja dijual buat makan, mau gimana belum ada kerjaan," kata dia.
Dengan mata sedikit berbinar, ia akhirnya mengungkapkan jika di hari Lebaran ini, ia belum bisa memaafkan Ahok atas tindakan yang meratakan rumahnya. "Suka mau nangis saya kalau ingat yang begituan, belum ikhlas," ujarnya.