Kamis 21 Jan 2016 15:49 WIB

Tinggalkan WHO, Zita Anjani Serius Tekuni Dunia Pendidikan Usia Dini

Kids Republic
Foto: Google
Kids Republic

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Zita Anjani, founder Kids Republic, mengaku sudah punya passion terhadap dunia pendidikan usia dini. Ia pun sadar, anak-anak sejak dini sangat penting untuk mulai diperkenalkan dengan dunia pendidikan agar lebih siap menapaki jenjang sekolah yang lebih tinggi.

Menurut Zita, usia dini 1-8 tahun merupakan masa keemasan anak yang sangat krusial dan membutuhkan pemberian pelajaran yang optimal. Sayangnya, pendidikan anak usia dini di Indonesia kebanyakan masih menerapkan pola tradisional.

Dia pun mengenang, sejak remaja, ketika duduk di SMP, kecintaannya terhadap anak-anak sudah melekat. Saat itu, Zita sering mengajar teman-teman adiknya yang masih kecil.

Dari situ, passion-nya terhadap dunia pendidikan mulai tumbuh. Bahkan akhirnya, ketika sudah dewasa dan bekerja, Zita rela meninggalkan karierya di Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) demi membangun lembaga pendidikan usia dini di Indonesia.

"Saat itu, saya prihatin pendidikan usia  dini di Indonesia masih sangat tradisional," kata dia kepada Republika.co.id.

Akhirnya, Zita memutuskan kembali ke Indonesia untuk membangun sekolah khusus untuk pendidikan dini yang sesuai dengan perkembangan anak. Zita mengatakan masa keemasan anak adalah masa yang sangat krusial, sehingga membutuhkan pelajaran maksimal. Apalagi, kalau mengingat bahwa pada usia 0-8 tahun kapasitas otak anak-anak yang digunakan sudah mencapai 70-80 persen.

Alhasil, pada masa tersebut, anak-anak sangat mudah menyerap informasi yang didapatkannya. "Selain itu, anak yang mendapatkan pendidikan dini akan sangat mudah mendidiknya ketika remaja. Karena itu, sangat penting bagi anak mendapatkan pendidikan usia dini di masa keemasan," jelasnya.

Pada kesempatan itu, Zita pun sangat menyayangkan masih banyaknya anak-anak yang minim mendapatkan pendidikan layak di usia dini, yaitu pendidikan anak usia dini (PAUD) dan TK, termasuk metode pendidikan yang diterapkan lebih banyak menghafal, mendikte, dan mencatat, yang sebenarnya sudah tidak relevan lagi di zaman sekarang.

"Saat ini, kita membutuhkan metode pengajaran yang dua arah atau berdisksi, dan anak dibebaskan untuk menyampaikan pendapat."

Dia melanjutkan, Indonesia sudah saatnya memperbarui metode pendidikan anak usia dini. Tujuannya agar anak-anak mampu bersaing di masa depan. Terlebih, setiap tahun ada 1.000 lebih jenis pekerjaan baru yang perlu ditopang dengan karyawan yang mendapatkan metode pendidikan lebih kreatif

Saat ini, karyawan sudah bukan lagi sekadar sebagai pekerja, tapi juga profesional, karena harus memiliki kemampuan khusus. Karyawan juga umumya sudah dituntut bekerja pada kelompok kecil yang seluruhnya serba digital.

Menurut Zita, salah satu metode pendidikan usia dini yang bisa diadopsi di Indonesia adalah Montessori. Metode tersebut dikembangkan berdasarkan pada teori perkembangan anak dari Dr.Maria Montessori, seorang pendidik dari Italia di akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20.

Metode Montessori menekankan pentingnya penyesuaian dari lingkungan belajar anak dengan tingkat perkembangannya, dan peran aktivitas fisik dalam menyerap konsep akademis dan keterampilan praktik.

"Ciri lainnya adalah adanya penggunaan peralatan autodidak untuk memperkenalkan berbagai konsep."

Untuk memperkenalkan dan membagi metode pendidikan tersebut, Zita mengadakan gerakan mengajar 1.000 guru di Jakarta Timur. Gerakan tersebut bertujuan untuk berbagi ilmu metode Montessori kepada guru PAUD dan TK yang berada di wilayah Jakarta Timur.

"Ke depannya, gerakan tersebut akan kami perluas untuk wilayah seluruh Jakarta demi menciptakan generasi penerus bangsa yang produktif, intelektual, dan kreatif," tutup dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement