REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Shigor Montessori Islamic School, lembaga pendidikan berbasis Montessori pertama di Bengkulu, menyelenggarakan kegiatan Imtihan Syafahi pada Sabtu (17/5/2025).
Ujian lisan ini menjadi bagian penting dalam proses pendidikan yang bertujuan menumbuhkan karakter siswa sejak usia dini, khususnya dalam hal keberanian, kemandirian, dan kemampuan menyampaikan pendapat secara sopan dan percaya diri.
Kegiatan yang berlangsung di lingkungan sekolah ini dirancang dengan pendekatan khas Montessori—ramah anak, menyenangkan, dan jauh dari suasana menegangkan. Di bawah kepemimpinan Kepala Sekolah Ustazah Putri Rezeki Rahayu, Lc., M.Ag., Imtihan Syafahi dilaksanakan sebagai bentuk evaluasi sekaligus pembentukan karakter yang integral.
“Anak-anak kami beri kesempatan untuk tampil satu per satu di hadapan tiga penguji, terdiri dari dua guru dan satu perwakilan wali murid. Mereka menjawab pertanyaan secara langsung sesuai bidang yang telah mereka pelajari. Ini menjadi pengalaman yang sangat berarti untuk membangun kepercayaan diri mereka,” ujar Rezeki Rahayu kepada Republika, Sabtu (17/5).
Materi yang diujikan meliputi berbagai aspek penting dalam pembelajaran, seperti Bahasa, Keagamaan, Budaya, Literasi, serta bidang STEAM (Science, Technology, Engineering, Art, and Mathematics). Pendekatan ini tidak hanya mengukur aspek kognitif anak, tetapi juga mendorong kemampuan sosial dan emosional mereka secara seimbang.
Guru dan orang tua yang hadir turut mengapresiasi kegiatan ini. Salah satu guru menyampaikan bahwa para siswa tampak sangat antusias dan mampu menjawab pertanyaan dengan jelas. “Alhamdulillah, kegiatan berjalan lancar. Anak-anak tampil percaya diri dan tidak canggung. Mereka justru menikmati proses ini sebagai ajang untuk menunjukkan kemampuan mereka,” ujarnya.
Shigor Montessori Islamic School terus berkomitmen menghadirkan pendidikan yang menyeluruh dan berbasis nilai-nilai Islam. Melalui kegiatan seperti Imtihan Syafahi, sekolah berupaya mewujudkan visi mencetak generasi yang ceria, cerdas, empatik, religius, inovatif, dan aktif—sebagaimana semangat pendidikan Islam yang rahmatan lil ‘alamin.