Kamis 14 Jan 2016 08:22 WIB

Pola Baru Gerakan Mahasiswa

Red: M Akbar
( kanan ke kiri) Rektor UNJ Prof. Djaali bersalaman bersama ketua BEM UNJ Ronny Setiawan didampingi anggota DPR RI komisi III Jazuli Juani saat mediasi di Rektoran UNJ, Rawamangun, Jakarta Timur, Rabu (6/1).
Foto:

Pola Baru Gerakan

Dalam dinamikanya sikap kritis mahasiswa ini mendorong munculnya sikap kritis secara kolektif yang kemudian bermetamorfosis menjadi gerakan mahasiswa. Bentuk gerakannya bisa realis-kritis maupun radikal-revolusioner.

Penulis mencermati bahwa gerakan yang dilakukan mahasiswa UNJ itu masih kategori gerakan realis-kritis, bukan gerakan radikal-revolusioner yang menghalalkan kekerasan. Gerakan mahasiswa realis-kritis ini adalah mereka yang berpikir realistis, tetapi sambil mengusung sejumlah agenda dengan cara-caranya yang kritis.

Artinya, gerakan mahasiswa mirip diposisikan sebagai koboi sebagaimana yang pernah diulas So Hok Gie mengutip siaran radio Ampera dalam Zaman Peralihan. Bahwa perjuangan mahasiswa adalah seperti perjuangan koboi.

Seorang koboi datang di sebuah kota dari horizon yang jauh. Di kota ini sedang merajalela perampokan, pemerkosaan, dan ketidakadilan. Koboi ini menantang sang bandit berduel, dan ia menang.

Setelah banditnya mati, penduduk kota yang ingin berterima kasih mencari sang koboi. Tetapi, ia telah pergi ke horizon yang jauh. Ia tidak ingin pangkat dan sanjungan. Ia akan datang lagi kalau ada bandit-bandit lain yang berkuasa. Ini yang kemudian dikenal sebagai moral force (Soe Hok Gie, Zaman Peralihan, Gagas Media, 2005).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement