Selasa 05 Jan 2016 11:59 WIB

Selain Patung di Bundaran HI, Ini Warisan Berharga yang Ditinggalkan Edhi Sunarso

Rep: Rizma Riyandi/ Red: Nidia Zuraya
Patung Selamat Datang di Bundaran HI menyambut siapa pun yang bertandang ke Jakarta.
Foto: Republika/Yogi Ardhi
Patung Selamat Datang di Bundaran HI menyambut siapa pun yang bertandang ke Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Pematung ternama Edhi Sunarso tutup usia pada Senin (4/1) pukul 22.53. Selain sederet karya monumental, pria kelahiran Salatiga 1932 ini telah berhasil meninggalkan warisan berharga bagi bangsa dan negara berupa galeri patung yang dinamai dengan Griya Seni Kustiyah Edhi Sunarso. 

Berdasarkan keteranggan anak ketiga Edhi, Satia Sunarso, nama galeri tersebut merupakan perpaduan nama kedua orang tuanya. "Dikasih nama itu karena Bapak sangat mencintai Ibu. Ibu pun cinta pada Bapak," katanya saat ditemui di rumah duka di Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Selasa (5/1).

Menurut Satia, ruang pameran yang berdampingan dengan rumah keluarga itu dibangun pada 2010 dan diresmikan pada 20 September 2015. Ia menuturkan Sang ayah sengaja mendirikan bangunan tersebut, karena wilayah Yogyakarta belum memiliki galeri patung. Sehingga gedung dengan dua lantai itu dapat difungsikan sebagai tempat sarasehan, diskusi, pengajian, dan praktek belajar seni bagi para seniman serta masyarakat umum.

Beberapa hari sebelum meninggal, kata Satia, ayahnya sering berkata bahwa tugasnya sudah selesai. Kata-kata itu ia sampaikan juga pada staf dan rekan-rekan dekatnya. "Awalnya kami juga tidak paham apa maksud bapa itu. Tapi sekarang kami paham, maksud bapak ya ini. Setelah galeri selesai, bapak pergi," tuturnya. 

Satia mengatakan, Edhi memang sudah lama ingin membangun galeri. Namun cita-citanya itu baru bisa ia capai beberapa tahun lalu. Saat ini, selain berisikan karya-karya Edhi, galeri tersebut memamerkan foto-foto proses pembuatan patung. Di antaranya pembuatan patung Dirgantara.

(Baca juga: Kisah Bung Karno dan Patung Selamat Datang)

Di mata keluarga sendiri, Edhi merupakan sosok yang dikagumi. Satia mengakui bahwa ayahnya merupakan sosok yang luar biasa. Sebab meskipun gerak tangannya sudah terbatas karena faktor usia, ia masih aktif mengawasi pembuatan patung oleh para asistennya. 

"Bapak itu pasti tahu kalau ada bagian patung yang kurang tepat. Misalnya matanya miring. Bapak sebenarnya ingin terus mematung," tutur pria yang juga mewariskan bakat mematung dari Edhi Sunarsono itu.

Edhi meninggalkan empat anak kandung, empat anak angkat, dan belasan cucu. Menurut Satia semua saudaranya memiliki bakat seni yang berbeda-beda. Termasuk seni lukis, kriya, dan tekstil. Sebagai anak, Satia merasa wajib meneruskan perjuangan sang ayah. Adapun karya terakhir Edhi yaitu patung Pala dan Cengkeh yang dipasang di Museum Rempah, Ternate.

Hingga sekarang para pelayat masih memenuhi Griya Seni Kustiyah Edhi Sunarso sebagai rumah duka sang maestro. Berdasarkan keterangan keluarga, Edhi akan dikebumikan di Makam Seniman Imogiri, Bantul, DIY. Jenazah akan diberangkatkan dari rumah duka pukul 13.00 WIB.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement