Senin 14 Dec 2015 17:43 WIB

Hedonisme Jadi Faktor Pencetus Prostitusi di Era Digital

Rep: C33/ Red: Indira Rezkisari
Praktik prostitusi.   (ilustrasi)
Foto: EPA/Ennio Leanza
Praktik prostitusi. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Sosial Imam B Prasodjo mengatakan setidaknya ada tiga faktor yang memudahkan menjamurnya aksi prostitusi, khususnya yang berbasis online di Jakarta. Ketiga faktor itu yaitu mudahnya sarana, devaluasi nilai dan gaya hidup hedonisme.

Imam mengatakan perilaku prostitusi sudah pasti merupakan bentuk penyimpangan sosial. Ia menilai baik pelaku penikmat dan penjaja prostitusi sama-sama memiliki pola perilaku menyimpang yang sama. Ia menjelaskan Indonesia dengan budaya agama yang terbilang kuat seharusnya mampu menekan prostitusi lewat hubungan yang sah sesuai agama yang dianut. Namun tak dapat dipungkiri ada saja faktor-faktor yang melanggengkan hubungan gelap jalur prostitusi.

"Ada tiga faktor penyebab meningkatnya prostitusi yaitu sarana menjadi lebih mudah lewat teknologi internet misalnya Facebook, devaluasi nilai atau menurunnya nilai-nilai kehidupan masyarakat akibat himpitan kota metropolitan dan meningkatnya gaya hidup hedonisme di kalangan penduduk kota besar seperti Jakarta," katanya kepada Republika.co.id, pada Senin, (14/12).

(baca: Ustaz Erick Yusuf: Cakupan Hukum Prostitusi Harus Diperluas)

Ia memahami dahulu faktor penyebab wanita turun ke dunia prostitusi akibat minimnya penghasilan. Namun kini, praktik prostitusi bahkan dijalankan demi memenuhi tuntutan gaya hidup mewah. Menurutnya, hal itu sangat disayangkan karena kini pelaku prostitusi menginginkan uang sebagai sarana penyalur hasrat hedonismenya.

"Hal itu terjadi ketika moral lemah bertemu kapitalis," ujarnya.

Ke depannya, ia berharap pencegahan diutamakan dengan menangkap mafia perdagangan orangnya. Sedangkan mengenai pelaku prostitusinya tidak bisa digeneralisir begitu saja, perlu dilakukan evaluasi untuk mengetahui sebabnya menjadi PSK.

"Tangkap pelaku mafia perdagangan orang yang menjebak dengan industri jasa tidak bermoal. Kalau PSKnya harus dievaluasi karena tidak bisa digeneralisir. Tapi perempuan memang rentan jadi korban," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement