Jumat 04 Dec 2015 10:13 WIB

Aktifis Antikorupsi akan Kemah Akbar di Malino

Suasana Kemah Anggaran yang digelar Komite Pemantau Legislatif (Kopel), Desember 2013. Tahun ini Kopel akan menggelar Kema Akbar Anti Korupsi di Malino, Kabupaten Gowa Sulawesi Selatan.
Foto: Istimewa
Suasana Kemah Anggaran yang digelar Komite Pemantau Legislatif (Kopel), Desember 2013. Tahun ini Kopel akan menggelar Kema Akbar Anti Korupsi di Malino, Kabupaten Gowa Sulawesi Selatan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ratusan aktifis anti korupsi akan berkumpul di kota berhawa dingin Malino, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Mereka akan menggelar acara Kemah Akbar Aktifis Anti Korupsi II, sebagai rangkaian memperingati Hari Anti Korupsi.

Kegiatan ini dimotori oleh Komite Pemantau Legislatif (Kopel)  Indonesia. Kegiatan akan digelar mulai 18 hingga 22 Desember yang akan datang. Direktur Kopel Indonesia, Syamsuddin Alimsyah mengatakan akan dihadiri ratusan aktifis dari berbagai daerah se Indonesia. Seperti Indonesia Corruption Watch (ICW), Transparansi Indonesia Internasional (TII), Perludem, Yappika, Kemitraan Jakarta, The Asia Foundation (TAF) dan lain sebagainya.

"Pelaksanaan kemah akbar ini adalah agenda tahunan Kopel sebagai lembaga yang konsen menyuarakan dan mengawal pelaksanaan pemerintahan yang bersih dan anti korupsi," ujarnya kepada Republika.co.id, Jumat (4/12).

Kehadiran para aktifis anti korupsi tersebut, dia mengatakan, dimaksudkan untuk membangun jaringan solidarita aktivis anti korupsi dalam mengawal pola gerakan advokasi pemberantasan tindak pidana korupsi yang lebih sistematis dan berbasis data. Selain itu, diharapkan bisa melahirkan forum bersama yang bersinergi dengan masyarakat sipil, media  serta perguruan tinggi dalam  membangun gerakan anti korupsi. Termasuk juga menyusun rencana aksi bersama sebagai bentuk evaluasi terhadap penegakan hukum di Indonesia.

Syamsuddin menilai kinerja penegakan hukum di era Pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kalla sangat jauh dari harapan untuk tidak menyebut buruk. Bahkan oleh sebagian kalangan  menganggap inilah era di mana para koruptor bisa kembali bernapas lega, setelah berhasil dalam permainan desain secara sistematis melemahkan institusi penegak hukum khususnya KPK. 

Dia mengatakan, kriminalisasi bukan lagi ancaman semata, namun nyata dan benar adanya.  "Dua Pimpinan KPK Abraham Samad dan Bambang Widjojanto adalah bukti nyata bagi publik. Bahkan Novel Baswedan salah satu penyidik terbaik KPK sudah masuk tahanan dengan tuduhan kasus yang sudah sepuluh tahun lalu," ujarnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement