Kamis 26 Nov 2015 10:33 WIB

Menteri Desa Hadiri Global Saemaul Leadership Forum di Korsel

Rep: Dyah ratna meta novia/ Red: Winda Destiana Putri
Marwan Jafar
Foto: Republika/Prayogi
Marwan Jafar

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Potensi desa di Indonesia belum dikelola secara maksimal. Ini menjadi perhatian khusus Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, Marwan Jafar saat menjadi pembicara di Global Saemaul Leadership Forum (GSLF) 2015  yang berlangsung di Republik Korea pada 24-27 November 2015 waktu setempat.

"Kerja sama lintas negara sangat perlu ditingkatkan. Forum GSLF yang melibatkan 48 negara akan mendiskusikan strategi pembangunan berkelanjutan desa-desa di dunia, termasuk Indonesia yang tahun 2015 mulai gencar menjadikan  desa sebagai basis pembangunan nasional," kata Marwan Jafar, Rabu (25/11).

GSLF 2015 merupakan forum pertemuan negara-negara dan para pemimpin Saemaul Undong di dunia. Pemerintah Republik Korea memiliki konsep Saemaul Undong, yakni suatu gerakan mental desa membangun yang melibatkan partisipasi masyarakat secara luas.

"Forum ini untuk berbagi semangat membangun desa yang dilakukan di seluruh dunia. Forum GSLF ini untuk mencari strategi pembangunan yang berkelanjutan," ujar Marwan.

Saemaul Undong telah diakui Organisasi PBB, UNESCO sebagai model pengembangan ekonomi yang berbasis pada pemberdayaan masyarakat.

"Konsep ini mampu membawa Korea yang tadinya negara miskin, menjadi negara sangat maju."

Desa-desa di Indonesia, kata Marwan, peluangnya sangat besar untuk menjadi basis pembangunan nasional.  Sebanyak 74.093 desa memiliki karakteristik dan kondisi potensi alam yang berbeda-beda. Dari sektor agraris, Indonesia memunyai lahan pertanian dan perkebunan yang bisa digarap untuk ketahanan pangan.

"Apalagi dari sektor pariwisata, masyarakat desanya juga sudah siap menyambut kedatangan wisatawan. Jadi tidak ada alasan lagi di masa datang, pertumbuhan ekonomi desa diragukan lagi," ujarnya.

Indonesia sudah mengadopsi konsep Saemaul Undong  sejak tahun 2008, yakni di Yogyakarta, terutama pembangunan desa di Kabupaten Gunung Kidul. Konsep ini, memiliki spirit yang sama dengan Undang Undang Desa yang memberikan ruang besar kepada desa untuk melakukan perubahan.

"Dari kunjungan ke Korea ini, diharapkan mempererat serta memperkuat hubungan bilateral antara Pemerintah Republik Indonesia dan Republik Korea untuk saat ini dan masa yang akan datang," ujarnya.

Rangkaian acara di Forum GSLF terdiri dari seminar, pertemuan tingkat  tinggi, pertemuan sosial antar negara dan pemimpin saemaul global, pameran teknologi pertanian.

Dari hasil pertemuan lintas negara ini, ada konsep dan strategi yang bisa diterapkan di Indonesia seperti Saemaul Undong sebagai model pengembangan ekonomi yang berbasis pada pemberdayaan masyarakat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement