Rabu 18 Nov 2015 16:56 WIB

Indonesia Promosikan Wisata Syariah di Arab Saudi

Wonderful Indonesia.
Foto: dok kemenpar
Wonderful Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setelah memboyong tiga penghargaan sebagai destinasi halal dunia dalam acara World Halal Travel Award 2015, pemerintah Indonesia kian gencar melakukan promosi wisata syariah.

Salah satu negara yang dibidik Kementerian Pariwisata (Kemenpar) adalah Arab Saudi. Di negara penghasil minyak itu, Kemenpar melakukan promosi wisata, khususnya wisata syariah, di tiga kota, yakni Riyadh, Dammam, dan Jeddah.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Nusa Tenggara Barat Lalu Muhammad Fauzal mengungkapkan, promoso wisata syariah yang digelar di Riyadh mendapat sambutan dari para pegiat wisata setempat.

“Saya menilai perjalanan promosi ini sukses besar,” kata Fauzal dalam keterangannya yang diterima ROL, Rabu (18/11). Saat ini, kata dia, promosi wisata, khususnya wisata syariah, sedang digelar di Kota Dammam. Pada 20 November, promosi akan dilakukan di Jeddah.

Menurut dia, promosi tersebut sukses  meyakinkan pasar Timur Tengah, khususnya Arab Saudi. "Kami meyakinkan bahwa destinasi-destinasi wisata Indonesia, khususnya Lombok, merupakan destinasi-destinasi  wisata yang tidak sekadar indah, menarik, dan penuh kenyamanan,” ungkap Fauzal.

Fauzal menambahkan, hal lain yang membuat antusias para pebisnis wisata Arab Saudi adalah destinasi-destinasi yang ditawarkan pun memenuhi kriteria syariah. “Apalagi baru-baru ini Lombok meraih anugerah dua penghargaan di ajang World Halal Summit,” papar dia.

Akhir tahun ini, lanjut dia, rencananya akan datang banyak turis Arab Saudi ke Indonesia, termasuk ke Lombok. “Pasar Timur Tengah, terutama Arab Saudi ini sangat potensial. Dengan banyaknya kedatangan mereka yang direncanakan mulai akhir tahun, target kunjungan wisman NTB sebanyak 2 juta turis tahun ini tampaknya akan terpenuhi, meski kami sempat terganggu erupsi Gunung Barujari,” ujarnya.

Peneliti Center for Indonesia Tourism Studies Medrial Alamsyah merespons positif promosi yang dilakukan Kemenpar tersebut. Pasalnya, Arab Saudi adalah potensi pasar pariwisata yang besar dengan empat juta wisatawan mancanegara di sana. Belum lagi rata-rata tinggal wisatawan Saudi pun terkenal lama dibandingkan wisman negara-negara lain.

“Tahun 2014 saja ada sekitar empat juta wisatawan Arab Saudi bepergian ke luar negeri dan mengeluarkan dana sekitar 6,4 miliar dolar AS,” kata Medrial. Dengan potensi itu, kata Medrial, Saudi  tercatat dalam data United Nations International Tourist Organization sebagai negara di  urutan pertama dari 139 negara dalam pengeluaran untuk pariwisata.

Medrial mengingatkan, promosi itu seyogyanya bisa lebih optimal. Caranya, kata dia, lebih fokus menangkap kebutuhan dan keinginan wisman. “Ini tidak cukup hanya dengan promosi tradisional,” kata dia. Pemerintah perlu menggunakan strategi digital hingga memungkinkan untuk mengetahui kebutuhan wisman lebih dalam, langsung dari

individu wisman.

Selain itu, sambung dia, pemerintah sudah harus mempersiapkan destinasi wisata lebih matang lagi. “Salah satunya, dengan  membuat standar halal tourism atau setidaknya segera mengadopsi standard yang sudah ada,” kata dia.

Kedatangan turis Arab Saudi memang meningkat dua kali lipat berdasarkan angka Badan Pusat Statistik (BPS) Juli lalu. Sepanjang Juli 2014 hingga Juni 2015 lalu, tercatat jumlah kunjungan wisman Arab Saudi meningkat dari 9.724 menjadi 22.120 kunjungan. Apalagi data pun menyatakan bahwa para wisatawan Saudi cenderung mengeluarkan uang lebih banyak saat berwisata, yakni rata-rata 1200 dolar AS (sekitar Rp 15,6 juta) sehari atau empat kali lipat rata-rata pengeluaran wisatawan asing pada umumnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement