Jumat 13 Nov 2015 14:12 WIB

Dokter Andra Patut Dianggap Pahlawan

Rep: c33/ Red: Andi Nur Aminah
Karangan bunga dari Menteri Kesehatan Nila F Muluk di rumah duka dr Dionisius Gigi Samudra, di Perumahan Pamulang Indah, Tangerang Selatan, Jumat (13/11).
Foto: istimewa
Karangan bunga dari Menteri Kesehatan Nila F Muluk di rumah duka dr Dionisius Gigi Samudra, di Perumahan Pamulang Indah, Tangerang Selatan, Jumat (13/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Kabar duka kembali menghinggapi dunia kedokteran. Dionisius Gigi Samudro atau yang biasa disapa Andra wafat ketika menjalankan tugasnya di Kota Dob, Kepulauan Aru, Maluku sebagai dokter magang.

Kini, jenzah Andra sudah disemayamkan di rumah duka di Perumahan Pamulang Indah, Jalan Cempaka, Tangerang Selatan, Jumat, (13/11). Terlihat karangan bunga dari Menteri Kesehatan, Nila Moeloek. Karangan bunga lainnya dari sejumlah organisasi kesehatan, seperti Ikatan Ahli Urologi Indonesia (IAUI), Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Komite Internsip Indonesia, PT. Emergency Response Indonesia, Perhimpunan Dokter Umum Indonesia,  Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) juga terlihat berjejeran.

Selain itu, ada juga karangan bunga dari perusahaan medis Rumah Sakit (RS) di Indonesia, antara lain, RSIA Keluarga Kita, RSK Dr Sitanala, RS Hermina Serpong, RS Syarif Hidayatullah, dan RS Annisa.

Beberapa civitas akademik kedokteran, yaitu, Ikatan Alumni Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Indonesia,  FK Universitas Trisakti, dan FK Universitas Hasanuddin juga menyampaikan duka cita melalui karangan bunga. (Baca Juga: Kematian Dionisius, IDI Makassar Imbau Kenakan Pita Hitam di HKN).

Namun yang cukup menarik perhatian adalah sebuah karangan bunga dari Departemen Bedah FK Universitas Airlangga RS Soetomo Surabaya. Dalam karangan bunga itu mereka melekatkan dalam diri dokter Andra, sebagai pahlawan. (Baca Juga: Dokter Andra Terima Penghargaan Kesatria Bhakti Husada Arutala).

Ibu Almarhum Andra, Fransisca Rintansiah (53) mengatakan kondisi anaknya sebelum berangkat kembali bertugas di Aru, Maluku, Kamis, (8/11) memang kurang baik. Sang ibu sempat melarang buah hatinya untuk kembali, namun dokter muda itu tetap memaksa melanjutkan tugasnya dan tanggungjawabnya.

"Saya sempat melarang Andra kembali ke Aru, Maluku. Badannya saat itu panas. Tapi dia tetap berkeras kembali karena tanggung jawab," ujarnya.  

Jenazah Andra diantar oleh mobil ambulance milik Tentara Nasional Indonesia (TNI). Suasana yang sebelumnya hening, ketika jenazah tersebut tiba, sontak berubah penuh airmata.

Ibunda almarhum terlihat tak kuasa menahan haru. Ibu yang memiliki tiga anak ini, sangat terpukul. Terlihat, ia tak dapat menahan tangis dan hanya bisa duduk lemas melihat anak kesayangannya sudah berada dalam peti.

Pada saat jenazah memasuki rumah, sang ibu menguraikan air matanya. Kemudian, dua kerabat di sebelahnya, langsung memapah dan memegangi ibu tersebut.

Kenangan terakhir sang ibu dengan Andra adalah sehari sebelum berangkat bertugas kembali ke Aru,  sang ibu sempat menemani anaknya tidur. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement