Jumat 13 Nov 2015 06:52 WIB

WWF Bantu Warga Papua Pasarkan Minyak Kayu Putih

Minyak kayu putih
Foto: bodywrapguide.com
Minyak kayu putih

REPUBLIKA.CO.ID, JAYAPURA -- World Wide Fund (WWF) for Nature terus berupaya membantu masyarakat Kabupaten Merauke, Papua, khususnya di dua kampung Rawa Biru dan Yaggandur untuk memasarkan hasil penyulingan minyak kayu putih hingga ke luar Papua. Pimpinan WWF Wilayah Selatan Papua Indonesia, Paschalina CH M Rahawarin,mengemukakan pemasaran minyak kayu putih yang dihasilkan oleh ibu-ibu penyuling selama ini dipasarkan secara lokal di Merauke dan juga dikirim ke luar Merauke.

"Pengiriman minyak kayu putih yang ke luar itu ke Pulau Jawa, seperti dikirim ke Surabaya," katanya Jumat (13/11). 

Dia mengatakan jika minyak tersebut dijual dalam jumlah besar maka keuntungannya pun lebih besar. Para pembuatnya pun  bisa kembali modal, sehingga dapat dikelola lagi untuk masyarakat.

"Sekali pengiriman minimal 200 hingga 300 liter, ya paling sedikit 200 liter itu kami kirim ke Surabaya," ujarnya.

Paschalina menuturkan, pemasaran minyak kayu putih merek Walabi tersebut sudah dilakukan sejak 1995 hingga kini.Pemasaran keluar daerah dalam jumlah minimal 200 kilogram, dikemas dalam jeriken dan peti kayu.

Ia menjelaskan, untuk memasarkan minyak kayu putih yang dijual lokal, kemasannya dalam bentuk botol ukuran 120 cc dan 300 cc. Minyak kayu putih dengan merek Walabi ini adalah minyak kayu putih asli (tanpa bahan campuran lain).

Menurut dia, masyarakat yang mengelolah mi nyak tersebut tidak perlu modal banyak untuk membuatnya. Apalagi jika dikerjakan bersama-sama dalam satu keluarga.

"Mereka sekarang memakai sistem membeli daun, satu kilogram daun itu dihargai Rp 1.000. Mereka perlu 125 kilogram dengan sekali menyuling," katanya.

Sekali menyuling, mereka bisa mendapatkan dua hingga tiga liter minyak kayu putih. Bahkan di wilayah Rawa Biru bisa mencapai empat liter. Karena di Rawa Biru dan Yaggandur merupakan wilayah yang banyak memproduksi minyak kayu putih.

Ia menambahkan, selain WWF, ada beberapa lembaga pendamping yang ikut berperan dalam proses pengembangan kegiatan penyulingan minyak kayu putih di kawasan Taman Nasional Wasur. Pendampingan yang dilakukan bertahap itu dimulai oleh Dinas Perindustrian 1989-1990, kemudian dilanjutkan oleh WWF (1991-1997), dan terakhr didampingi oleh Yayasan Wasur Lestari (YWL) 1997 hingga kini.

Namun hingga kini pendampingan dilaksanakan oleh YWL dengan dukungan dana dari WWF. Mereka pun tetap berkoordinasi dengan Balai Taman Nasional Wasur dan Dinas Perindustrian dan Ketenagakerjaan Kabupaten Merauke.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement